IFC SINGAPORE – Daily Devotion
Ribka tentu termasuk tokoh kunci di antara orang-orang
pilihan Tuhan. Dia adalah istri Ishak, ibu dari Esau dan Yakub, dan cucu
keponakan Abraham. Melalui keturunan Ribkah lah terpancar satu bangsa yg besar
yg Tuhan pakai untuk membawa jalan keselamatan. Kita pertama kali mengetahui
keberadaan Ribka dalam Kitab Kejadian pasal 22. Ayat 20 hingga 24 menceritakan
tentang Nahor, saudara Abraham. Dari sinilah kita mengetahui bahwa Nahor
memiliki banyak anak dari istri dan gundiknya, dan bahwa dia memiliki seorang
cucu bernama Ribka.
Keputusan Iman
Setelah kematian istrinya, Sara, maka Abraham mengutus hamba
paling tua dalam rumahnya untuk mencarikan seorang istri bagi Ishak, putranya.
(Kejadian 24:2-10) Dia pastilah hamba yang paling dipercayainya; kemungkinan
besar hamba tersebut adalah kepala pelayannya.
Abraham menyuruh hamba kepercayaannya itu bersumpah bahwa
dia akan pergi ke kampung halaman Abraham, kepada sanak keluarganya, untuk
menemukan seorang istri bagi Ishak. Dia tidak ingin mencari seorang perempuan
dari golongan penyembah berhala yang ada di sekitar Kanaan untuk putranya.
Hamba Abraham tersebut merasa dipercaya untuk mengemban misi
yang begitu penting. Oleh karena itu, ia pun meminta tanda dari Allah untuk
memastikan keberhasilannya. Dia tidak pernah ragu bahwa Allah akan memimpin dia
kepada seorang gadis muda yang paling cocok bagi putra tuannya.
Ujian yang disusunnya sangatlah terus terang. Dia meminta
[gadis yang dipilih Tuhan adalah] seorang perempuan muda yang menimbakan
sedikit air baginya untuk diminum. Perempuan yang tepat tersebut tidak hanya
akan menimbakan air baginya, tetapi juga akan menawarkan untuk menimbakan air
bagi unta-untanya.
Ketika Ribka datang ke sumur, hamba itu menerapkan ujiannya,
dan Ribka lulus ujian tersebut dengan gemilang. Ribka menimba air bagi hamba
itu untuk diminum, dan dengan senang hati menimba air bagi unta-unta, suatu
tugas yang biasanya dikerjakan oleh seorang hamba.
Waktu hamba itu menceritakan kepada Ribka dan keluarganya
tujuan perjalanannya, mereka pastilah menyadari bahwa Abraham adalah seorang
yang kaya, dan Ishak akan mewarisi kekayaan tersebut. Ini adalah pernikahan
agung bagi Ribka. Ribka menyetujui penawaran itu.
Saat membaca kisah tersebut, perbuatan itu nampaknya cukup
sederhana untuk dilakukan, tetapi coba bayangkan jika Anda berada dalam situasi
berikut ini. Suatu hari, tanpa disangka-sangka, seorang asing muncul di depan
rumah Anda dengan mengendarai sebuah limusin yang dipenuhi berbagai macam
hadiah mewah.
Dia mengaku sebagai utusan saudara ayah Anda yang telah lama
tidak berjumpa dan menawarkan kedudukan yang penting dalam rumah tangga paman
Anda. Dia menceritakan sebuah kisah tentang bagaimana Tuhan membimbingnya dalam
perjalanan mencari Anda, sanak majikannya yang telah lama tidak berjumpa,
memimpinnya sampai akhirnya menemukan Anda dengan cara yang ajaib.
Dia meminta Anda untuk meninggalkan segala sesuatu yang
pernah Anda kenal dan pergi bersamanya ke suatu tempat terpencil yang amat jauh
dan tidak dapat dicapai dengan alat transportasi sehari-hari.
Dalam dunia modern, situasi ini tentu akan menimbulkan rasa
curiga. Walaupun demikian, kita dapat menyelidiki identitas orang asing ini
dengan cukup mudah. Malahan, dia pasti punya kartu identitas.
Identitas orang yang mengaku sebagai paman Anda pun dapat
dipastikan, Anda bahkan dapat berbicara dengannya melalui telepon. Tidak peduli
seberapa terpencilnya tempat itu, pasti ada helikopter atau perahu motor yang
memungkinkan perjalanan ke sana, dan Anda dapat mengirimkan email kepada
keluarga Anda. Teknologi memberikan banyak pilihan bagi kita.
Namun Ribka tidak memiliki pilihan-pilihan ini. Dia tidak
dapat menelepon Abraham untuk memastikan identitasnya ataupun identitas hamba tersebut.
Ribka harus percaya pada kata-kata hamba itu. Keputusan ini juga mengharuskan
dia meninggalkan rumah dan satu-satunya keluarga yang dia kenal seumur
hidupnya. Jarak yang jauh berarti kemungkinan untuk bertemu kembali dengan
keluarganya sangatlah kecil. Bagi seorang gadis muda, ini sungguh merupakan
suatu keputusan yang berani, dan pastilah merupakan suatu keputusan yang
dipengaruhi oleh iman kepada Allah yang telah memimpin hamba itu kepadanya.
Abraham sering kali digunakan sebagai teladan dari pelaku
iman. Ibrani 11:8-10 berbicara tentang Abraham yang pergi meninggalkan kampung
halamannya ketika Allah memanggilnya. Dia tidak tahu ke mana dia akan pergi.
Ketika meninggal, dia belum melihat tanah yang dijanjikan Allah ataupun
keturunannya yang sebanyak bintang di langit. Namun, dia percaya bahwa hal itu
akan terjadi. Ibrani 11:1 mengatakan: "iman adalah dasar dari segala
sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat." Harapan Abraham pada janji Allah tetap teguh hingga kematiannya.
Walau jarang sekali disebutkan, tetapi kesediaan Ribka untuk
pergi kepada Ishak mencerminkan iman Abraham. Dia tidak mendengar panggilan
Allah secara langsung kepada dirinya, hanya seorang hamba yang kesetiaan dan
imannya kepada Allah yang menyentuh hatinya dan membuatnya percaya bahwa apa
yang dijanjikan hamba tersebut adalah benar. Seperti Abraham, Ribka pergi ke
tempat yang tidak dikenal dengan hanya berbekal pengetahuan bahwa Allah turut
campur tangan dalam masalah ini dan keyakinan bahwa hal yang dilakukannya
adalah benar.
Kejadian 24:57-58 menunjukkan bahwa Ribka memiliki pilihan
dalam hal ini. Ribka diberikan pertanyaan, apakah dia bersedia pergi dengan
hamba tersebut, dan dia setuju. Iman Ribka yang sederhana seperti seorang anak
kecil amatlah menyentuh dan merupakan suatu teladan bagi kita. Yesus sendiri
menyuruh kita untuk memiliki iman yang sederhana seperti seorang anak kecil.
"Aku berkata kepadamu," kata-Nya, "Sesungguhnya barangsiapa
tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk
ke dalamnya." (Markus 10:15)
Pada titik ini, iman Ribka merupakan suatu teladan. Karena
itu, dia dianugerahi pernikahan yang indah dan seorang suami yang
sungguh-sungguh mencintainya.
have a blessed day !