Saturday, November 28, 2020

UTUH DALAM RUMAH TANGGA

 Daily Devotion Alive and Transformed

Serial Kesatuan - 01

Yoh 17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Semboyan negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika, meski berbeda-beda tetapi satu. Mencerminkan ada satu tekad yang kuat, bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, kaum dan Bahasa, akan mengabaikan perbedaan demi mencapai satu tujuan.

Untuk membuat keputusan itu tidaklah mudah, masing-masing pihak harua melihat tujuannya, persamaannya, sehingga bisa mencapai satu kesatuan.

Tidak mudah untuk menyatukan perbedaan, apalagi dengan latarbelakang  yang bertolak belakang. Untuk menyatukan umat Tuhan pun tidaklah mudah, karena terdiri dari berbagai macam suku, ras, kaum, Bahasa, masing-masing membawa adat dan kebiasaannya.

Doa Tuhan Yesus adalah agar kita semua menjadi satu. Satu dalam Kristus. Bagaimana mungkin gereja-gereja bersatu? Sedangkan yang ada banyak terjadi, perpecahan antar gereja, perpecahan antara sesama anak Tuhan. Apakah doa Tuhan Yesus ini tidak berlebihan? Kalau hanya 12 orang Murid saja, ya gampang untuk menyatukan mereka, tetapi kalau semakin besar jumlahnya, bagaimana mungkin itu terjadi?

Mari kita bahas tentang kesatuan. Dimulai dari yang terkecil dulu, kesatuan dalam rumah tangga.

Gereja tidak akan mencapai kesatuan kalau rumah tangga anak-anak Tuhan juga tidak bersatu. Saat ini banyak sekali terjadi goncangan dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga.  Keluarga menjadi sasaran atau bidikan Iblis.  Bila keluarga terpecah-belah dan hancur akan berdampak kepada gereja, sebab keluarga adalah gereja inti.

Adanya covid 19 menyebabkan anggota keluarga lebih sering bertemu dalam rumah. Suami yang biasanya pergi seharian bekerja di luar, sekarang 24 jam berada di rumah bersama dengan istri dan anak-anaknya.

Secara hukum alamiah, semakin sering bertemu, harusnya semakin sering memahami, tetapi justru yang terjadi kebalikannya, semakin sering bertemu, malah semakin sering runyam, sering marah-marah, jengkel, dan bertambah stress.

Angka percekcokan, pertikaian serta KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) justru meningkat tajam selama Covid 19. Mengapa ini bisa terjadi?

Suami dan istri adalah satu, dimata Tuhan mereka adalah satu kesatuan, apa yang sudah dipersatukan oleh Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Tetapi saat menjalani kehidupan rumah tangga, bisa saja, selisih perbedaan, pendapat dan kehendak,  yang berakhir dengan pertengkaran dalam rumah tangga.

Keutuhan keluarga akan semakin terancam apabila masing-masing anggota keluarga tidak mampu menguasai diri atau mengendalikan emosinya.  "Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang."  (Titus 3:2).

Sering dijumpai ada suami-suami yang mudah sekali naik pitam dan terpancing emosinya, bahkan sampai melakukan tindakan kekerasan secara fisik:  memukul anak dan isteri.  Ada pula isteri-isteri yang tidak mampu mengendalikan lidahnya, begitu cerewet, suka sekali marah dan kurang menghormati suami dengan melontarkan kata-kata kasar.  Perilaku isteri yang demikian akan semakin membuat suami tidak betah di rumah.  Ada tertulis:  "Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar."  (Amsal 21:9).  Penting sekali kita menggunakan lidah kita dengan benar.  "...alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!"  (Amsal 21:9).  Inilah yang akan menciptakan sebuah kerukunan dalam rumah tangga!  Pemazmur menyatakan,  "...apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! ...ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."  (Mazmur 133:1-3).

  Rasul Paulus berkata,  "Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci."  (Titus 3:3), namun kini keberadaan kita di dalam Kristus  "...adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Oleh karena itu kita harus benar-benar menjadi pribadi yang berubah, yaitu meninggalkan semua tabiat lama atau kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan tidak lagi hidup seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan;  setiap anggota keluarga juga harus punya tekad untuk saling melayani satu sama lain dan melakukan pekerjaan yang baik.

Keluarga akan terjaga keutuhannya dan semakin diberkati Tuhan bila masing-masing anggota keluarga menjalankan hidupnya sebagai manusia baru.

Have a blessed weekend !

No comments:

Post a Comment