Daily Devotion Alive and Transformed
Serial Kesatuan - 01
Yoh 17:21 supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa
Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Semboyan negara kita adalah Bhineka Tunggal Ika, meski
berbeda-beda tetapi satu. Mencerminkan ada satu tekad yang kuat, bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, kaum dan Bahasa, akan
mengabaikan perbedaan demi mencapai satu tujuan.
Untuk membuat keputusan itu tidaklah mudah, masing-masing
pihak harua melihat tujuannya, persamaannya, sehingga bisa mencapai satu
kesatuan.
Tidak mudah untuk menyatukan perbedaan, apalagi dengan
latarbelakang yang bertolak belakang. Untuk
menyatukan umat Tuhan pun tidaklah mudah, karena terdiri dari berbagai macam
suku, ras, kaum, Bahasa, masing-masing membawa adat dan kebiasaannya.
Doa Tuhan Yesus adalah agar kita semua menjadi satu. Satu dalam
Kristus. Bagaimana mungkin gereja-gereja bersatu? Sedangkan yang ada banyak
terjadi, perpecahan antar gereja, perpecahan antara sesama anak Tuhan. Apakah
doa Tuhan Yesus ini tidak berlebihan? Kalau hanya 12 orang Murid saja, ya
gampang untuk menyatukan mereka, tetapi kalau semakin besar jumlahnya,
bagaimana mungkin itu terjadi?
Mari kita bahas tentang kesatuan. Dimulai dari yang terkecil
dulu, kesatuan dalam rumah tangga.
Gereja tidak akan mencapai kesatuan kalau rumah tangga
anak-anak Tuhan juga tidak bersatu. Saat ini banyak sekali terjadi goncangan
dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga.
Keluarga menjadi sasaran atau bidikan Iblis. Bila keluarga terpecah-belah dan hancur akan
berdampak kepada gereja, sebab keluarga adalah gereja inti.
Adanya covid 19 menyebabkan anggota keluarga lebih sering bertemu
dalam rumah. Suami yang biasanya pergi seharian bekerja di luar, sekarang 24
jam berada di rumah bersama dengan istri dan anak-anaknya.
Secara hukum alamiah, semakin sering bertemu, harusnya
semakin sering memahami, tetapi justru yang terjadi kebalikannya, semakin
sering bertemu, malah semakin sering runyam, sering marah-marah, jengkel, dan
bertambah stress.
Angka percekcokan, pertikaian serta KDRT (kekerasan dalam
rumah tangga) justru meningkat tajam selama Covid 19. Mengapa ini bisa terjadi?
Suami dan istri adalah satu, dimata Tuhan mereka adalah satu
kesatuan, apa yang sudah dipersatukan oleh Allah tidak boleh dipisahkan oleh
manusia. Tetapi saat menjalani kehidupan rumah tangga, bisa saja, selisih
perbedaan, pendapat dan kehendak, yang
berakhir dengan pertengkaran dalam rumah tangga.
Keutuhan keluarga akan semakin terancam apabila
masing-masing anggota keluarga tidak mampu menguasai diri atau mengendalikan
emosinya. "Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar,
hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua
orang." (Titus 3:2).
Sering dijumpai ada suami-suami yang mudah sekali naik pitam
dan terpancing emosinya, bahkan sampai melakukan tindakan kekerasan secara
fisik: memukul anak dan isteri. Ada pula isteri-isteri yang tidak mampu
mengendalikan lidahnya, begitu cerewet, suka sekali marah dan kurang
menghormati suami dengan melontarkan kata-kata kasar. Perilaku isteri yang demikian akan semakin
membuat suami tidak betah di rumah. Ada
tertulis: "Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah
dengan perempuan yang suka bertengkar."
(Amsal 21:9). Penting sekali
kita menggunakan lidah kita dengan benar.
"...alangkah baiknya
perkataan yang tepat pada waktunya!"
(Amsal 21:9). Inilah yang
akan menciptakan sebuah kerukunan dalam rumah tangga! Pemazmur menyatakan, "...apabila
saudara-saudara diam bersama dengan rukun! ...ke sanalah TUHAN memerintahkan
berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."
(Mazmur 133:1-3).
Rasul Paulus berkata,
"Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat,
menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan
kedengkian, keji, saling membenci."
(Titus 3:3), namun kini keberadaan kita di dalam Kristus "...adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17). Oleh karena itu kita harus benar-benar
menjadi pribadi yang berubah, yaitu meninggalkan semua tabiat lama atau
kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak berkenan kepada Tuhan, dan tidak lagi hidup
seperti orang-orang yang belum mengenal Tuhan;
setiap anggota keluarga juga harus punya tekad untuk saling melayani
satu sama lain dan melakukan pekerjaan yang baik.
Keluarga akan terjaga keutuhannya dan semakin diberkati
Tuhan bila masing-masing anggota keluarga menjalankan hidupnya sebagai manusia
baru.
Have a blessed weekend !
No comments:
Post a Comment