Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed
Yoh 19:26 Ketika Yesus
melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada
ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"
Ketika Yesus mengalami penderitaan berat pada saat menjelang
kematian-Nya, Maria, ibu-Nya ada didekatNya. Sebagian besar murid laki-laki
telah melarikan diri, kecuali seseorang yang disebut Injil keempat sebagai
"murid yang Ia cintai” yakni, Yohanes. Disini kita memahami dengan jelas
bahwa Yesus menyatakan hubungan antara murid dan ibu-Nya, di mana murid itu
akan menjaga dan memelihara Maria sepanjang hidupnya. Yesus ingin memastikan
bahwa Maria, ibu-Nya akan berada di tangan yang tepat setelah kematian-Nya.
Di sisi lain, kehadiran Maria di kaki salib, di tempat kejadian yang memilukan itu menegaskan sisi kemanusiaan Yesus kepada kita. Kehadiran Maria di kaki salib mengingatkan kita bahwa Yesus adalah seorang manusia yang nyata, seorang pria yang pernah menjadi bayi di dalam rahim ibu-Nya. Bahkan saat Ia sedang sekarat di kayu salib sebagai Juruselamat dunia, Yesus juga adalah seorang putra yang membutuhkan dukungan dari ibu-Nya.
Bila kita merenungkan penyaliban Yesus dan terlibat dalam
rasa yang dialami Maria, tentu kita hanya bisa terdiam dan membisu sambil
membayangkan jika hal itu terjadi pada kita. Bayangkan jika kita terbaring
lemah di tempat tidur dan berjuang antara hidup dan mati, dan ibu kita berada
di sana, di samping kita, memegang tangan kita dengan lembut. Sungguh
memilukan, bukan? Penderitaan, sakit, penyakit dan atau kematian seorang anak
adalah hal yang paling menyakitkan dari semua pengalaman orangtua, seorang ibu
dan seorang ayah. Menyaksikan seorang anak yang dikasihi mengalami penyiksaan
keji penyaliban tentu jauh lebih mengerikan dan menyedihkan. Ibu mana yang bisa
bertahan menyaksikan semua ini? Ayah mana yang bisa berdiri kokoh dalam keadaan
seperti ini?
Di sini kita diingatkan akan apa yang pernah dinubuatkan
Simeon tak lama setelah kelahiran Yesus, ketika ia berkata kepada Maria:
"Dan sebuah pedang akan menembus jiwamu" (Lukas 2:35). Inilah pedang
yang menembus jiwa Maria: pedang penderitaan, pedang penyaliban, pedang
kematian putera-Nya.
Seorang ibu yang menyaksikan anaknya berada dalam
penderitaan hidup dan mati, rasanya ibu itu akan berteriak, kalau bisa dia yang
gantikan, itulah kasih sayang seorang ibu. Betapa susah dan pilunya hati Maria
saat menyaksikan Putranya menderita diatas kayu salib.
Tetapi kejadian di sekitar penyaliban itu, kita mendengar
suara Yesus yang berkata kepada ibunya mengenai muridnya, Yohanes : ibu, inilah
anakmu.
Ketika kita menderita, kita sering menjadi begitu terpusat
pada penderitaan kita dan kita lupa akan segala sesuatu yang lain atau orang
lain. Kita mengharapkan bahwa orang lain akan mengerti keadaan kita. Sedikit
sakit gigi atau sakit kepala sudah cukup menjadi alasan bagi kita untuk marah
atau mengurung diri.
Yesus menginspirasi kita dengan tindakan-Nya yang di tengah
penderitaan masih memikirkan dan mengusahakan segala sesuatu untuk hari esok
ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, Yohanes dan kita. Maria dan Yohanes
bersama dengan beberapa orang lain berada di sana pada kaki salib untuk memberi
kekuatan kepada Yesus; namun yang terjadi justeru sebaliknya, Yesus menghibur
dan memberi mereka kekuatan. Meskipun berat penderitaan-Nya, pernapasan-Nya
semakin sulit, sakit dan kepedihan dalam jiwa-Nya semakin berat, Ia tetap
membuka hati akan penderitaan orang-orang yang Ia cintai. Ia memikirkan keselamatan Maria, ibu-Nya.
Yesus ingin agar Maria, ibuNya tidak terlalu bersusah hati,
Yohanes yang akan menggantikan peranNya sebagai anak yang akan memelihara
Maria.
Yesus begitu memperhatikan kebutuhan setiap dari kita.
bahkan ditengah penderitaanNya, Dia menyediakan waktuNya untuk memperhatikan
ibuNya, Yohanes muridNya. Dia peduli.
Haleluya…!
No comments:
Post a Comment