Tuesday, March 23, 2021

Ibu, inilah Anakmu

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"

Ketika Yesus mengalami penderitaan berat pada saat menjelang kematian-Nya, Maria, ibu-Nya ada didekatNya. Sebagian besar murid laki-laki telah melarikan diri, kecuali seseorang yang disebut Injil keempat sebagai "murid yang Ia cintai” yakni, Yohanes. Disini kita memahami dengan jelas bahwa Yesus menyatakan hubungan antara murid dan ibu-Nya, di mana murid itu akan menjaga dan memelihara Maria sepanjang hidupnya. Yesus ingin memastikan bahwa Maria, ibu-Nya akan berada di tangan yang tepat setelah kematian-Nya.


Di sisi lain, kehadiran Maria di kaki salib, di tempat kejadian yang memilukan itu menegaskan sisi kemanusiaan Yesus kepada kita. Kehadiran Maria di kaki salib mengingatkan kita bahwa Yesus adalah seorang manusia yang nyata, seorang pria yang pernah menjadi bayi di dalam rahim ibu-Nya. Bahkan saat Ia sedang sekarat di kayu salib sebagai Juruselamat dunia, Yesus juga adalah seorang putra yang membutuhkan dukungan dari ibu-Nya.

Bila kita merenungkan penyaliban Yesus dan terlibat dalam rasa yang dialami Maria, tentu kita hanya bisa terdiam dan membisu sambil membayangkan jika hal itu terjadi pada kita. Bayangkan jika kita terbaring lemah di tempat tidur dan berjuang antara hidup dan mati, dan ibu kita berada di sana, di samping kita, memegang tangan kita dengan lembut. Sungguh memilukan, bukan? Penderitaan, sakit, penyakit dan atau kematian seorang anak adalah hal yang paling menyakitkan dari semua pengalaman orangtua, seorang ibu dan seorang ayah. Menyaksikan seorang anak yang dikasihi mengalami penyiksaan keji penyaliban tentu jauh lebih mengerikan dan menyedihkan. Ibu mana yang bisa bertahan menyaksikan semua ini? Ayah mana yang bisa berdiri kokoh dalam keadaan seperti ini? 

Di sini kita diingatkan akan apa yang pernah dinubuatkan Simeon tak lama setelah kelahiran Yesus, ketika ia berkata kepada Maria: "Dan sebuah pedang akan menembus jiwamu" (Lukas 2:35). Inilah pedang yang menembus jiwa Maria: pedang penderitaan, pedang penyaliban, pedang kematian putera-Nya.

Seorang ibu yang menyaksikan anaknya berada dalam penderitaan hidup dan mati, rasanya ibu itu akan berteriak, kalau bisa dia yang gantikan, itulah kasih sayang seorang ibu. Betapa susah dan pilunya hati Maria saat menyaksikan Putranya menderita diatas kayu salib.

Tetapi kejadian di sekitar penyaliban itu, kita mendengar suara Yesus yang berkata kepada ibunya mengenai muridnya, Yohanes : ibu, inilah anakmu.

Ketika kita menderita, kita sering menjadi begitu terpusat pada penderitaan kita dan kita lupa akan segala sesuatu yang lain atau orang lain. Kita mengharapkan bahwa orang lain akan mengerti keadaan kita. Sedikit sakit gigi atau sakit kepala sudah cukup menjadi alasan bagi kita untuk marah atau mengurung diri.

Yesus menginspirasi kita dengan tindakan-Nya yang di tengah penderitaan masih memikirkan dan mengusahakan segala sesuatu untuk hari esok ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, Yohanes dan kita. Maria dan Yohanes bersama dengan beberapa orang lain berada di sana pada kaki salib untuk memberi kekuatan kepada Yesus; namun yang terjadi justeru sebaliknya, Yesus menghibur dan memberi mereka kekuatan. Meskipun berat penderitaan-Nya, pernapasan-Nya semakin sulit, sakit dan kepedihan dalam jiwa-Nya semakin berat, Ia tetap membuka hati akan penderitaan orang-orang yang Ia cintai.  Ia memikirkan keselamatan Maria, ibu-Nya.

Yesus ingin agar Maria, ibuNya tidak terlalu bersusah hati, Yohanes yang akan menggantikan peranNya sebagai anak yang akan memelihara Maria.

Yesus begitu memperhatikan kebutuhan setiap dari kita. bahkan ditengah penderitaanNya, Dia menyediakan waktuNya untuk memperhatikan ibuNya, Yohanes muridNya. Dia peduli.

Haleluya…!

No comments:

Post a Comment