"Because you say, `I am rich, have become wealthy, and have need of nothing' and do not know that you are wretched, miserable, poor, blind, and naked. Rev 3:17
"Kalian berkata, 'Aku kaya; aku memiliki segala sesuatu
yang kuingini; aku tidak kekurangan suatu apa pun!' Kalian tidak menyadari
bahwa secara rohani kalian malang, miskin, melarat, buta, dan telanjang. (FAYH)
Kembali pada konteks Laodikia pada saat itu, Laodikia
merupakan salah satu kota terkaya dan menjadi pusat transaksi dan perdagangan.
Dalam konteks jemaat, mereka telah memperkaya diri dan merasa tidak kekurangan
apa-apa. Padahal mereka tidak tahu bahwa sebenarnya mereka melarat, malang,
miskin, buta, dan telanjang.
Memiliki harta kekayaan yang banyak adalah impian kebanyakan
orang, memiliki banyak harta adalah hal yang sangat diinginkan, dicari,
diharapkan oleh setiap orang dalam hidup ini. Manusia dipacu untuk bekerja
siang dan malam untuk mengejar harta kekayaan, memperkaya diri. Tidak jarang
manusia saling menyakiti, mengkhianati, membunuh satu dengan yang lain, saudara
sekandung bisa saling bermusuhan bahkan
berakhir dengan pembunuhan hanya karena
nafsu memburu harta kekayaan,
Tidak akan terjadi hal-hal yang setragis ini kalau
seandainya mengerti dan memahami arti hidup ini, mengerti tentang harta kekayaan yang sesungguhnya. Sebab segala
harta kekayaan dalam bentuk apapun
yang kita miliki dalam dunia
tidaklah selamanya akan bersama-sama dengan kita. Dengan kata lain harta
kekayaan yang ada dalam dunia ini yang begitu dikerjar, diburu oleh setiap
orang tidaklah kekal adanya, sifatnya hanya sementara saja.
Untuk mengerti keadaan jemaat Laodikia, terlebih dahulu kita
akan melihat keadaan kota Laodikia pada masa itu. Kota Laodikia, dimana jemaat
Tuhan yang 'unik' ini terletak, didirikan oleh Antiokhus dari Siria untuk
istrinya, Laodike. Sebagai kado untuk sang tersayang, wajarlah bila segala
sesuatu diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Dan memang terbukti
Laodikia segera berkembang menjadi kota yang besar, ramai, dan terkenal. Ada
tiga ciri khas kota ini yang membuatnya terkenal ke mana-mana.
Pertama, Laodikia terkenal sebagai salah satu pusat kegiatan
perbankan dan keuangan terbesar. Karenanya, ia juga merupakan sebuah kota yang
termakmur dan terkaya di dunia. Pada tahun 61, ketika terjadi gempa bumi hebat
dan sebagian kota ini hancur, ia menolak bantuan dari luar karena merasa cukup
kaya untuk membangun kembali dirinya sendiri.
Kedua, Laodikia termasyhur karena kerajinan pakaian jadinya,
khususnya yang terbuat dari wol. Bulu domba eks Laodikia terkenal lembut,
mengkilap, serta berwarna hitam keungu-unguan. Bulu domba itu amat indah dan
anggun, terutama bila dikenakan sebagai jubah kebesaran
Ketiga, Laodikia juga tersohor karena mutu sekolah
kedokterannya. Dua dokter alumni sekolah ini, Zeuxis dan Aleksander Filalethes,
begitu menjulang reputasinya sehingga wajah dan nama mereka diabadikan di atas
uang logam mereka. Namun, yang membuat prestasi medis kota ini lebih melambung
lagi adalah salep mata dan salep telinga yang mereka produksi. Tidak heran,
orang-orang Laodikia merasa diri sehat selalu. Pendengaran dan penglihatan mereka
istimewa.
Dengan memahami keadaan kota Laodikia yang pada saat itu
dari sisi ekonomi boleh dikatakan sangat makmur, berkecukupan dalam segala
hal, tentu saja hal ini sangat memperngaruhi pola pikir, dan pola hidup,
serta kerohanian jemaat Tuhan yang tinggal di kota Laodikia. Itulah sebabnya
Yesus berkata kepada mereka “Karena engkau berkata:Aku kaya dan aku telah
memperkayakan diriku dan tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak
tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang” (Wahyu
3:17). Jemaat Laodikia dalam keadaan yang makmur, berkecukupan dalam banyak
hal, bahkan mungkin punya harta kekayaan yang melimpah berkata bahwa “tidak
kekurangan apa-apa lagi” semuanya serba ada, jadi tidak merasa perlu dan peduli
lagi masalah kerohanian mereka, tidak peduli lagi mencari Tuhan, bersekutu
dalam level keintiman dengan Tuhan.
Hal yang serupa
terjadi di zaman kita sekarang ini. Memang harus diakui bahwa masalah besar
bagi negara-negara maju seperti negara-negara Eropa dan Amerika adalah
“terperangkap” dalam pemikiran bahwa “tidak kekurangan apa-apa”,dan juga tidak
perlu apa-apa lagi dalam menambahkan “kebahagiaannya” termasuk merasa sudah
tidak perlu Tuhan lagi, sehingga banyak
gereja kosong. Bahkan ada yang berakhir gereja dijual dan dijadikan café.
Perasaan ‘cukup’ yang Laodekia miliki adalah sesuatu yang
begitu berbahaya. Ini bukanlah perasaan merasa cukup, atau bersyukur dengan apa
yang dia miliki. Tetapi inilah suatu bentuk penipuan diri dengan menggantungkan
hidup pada hal apa pun selain Tuhan. Merasa dirinya tidak perlu Tuhan, karena
semuanya dia miliki.
Kontras sekali dengan pengajaran Yesus ”Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
(Mat 5:3)
Miskin artinya tidak berkecukupan, masih membutuhkan. Orang yang
miskin di hadapan Allah, artinya, dia membutuhkan Tuhan. dia butuh Tuhan setiap
saat, setiap waktu, hidupnya melekat pada Allah.
Have a blessed day !
No comments:
Post a Comment