Thursday, February 10, 2022

MERASA DIRI CUKUP

 "Because you say, `I am rich, have become wealthy, and have need of nothing' and do not know that you are wretched, miserable, poor, blind, and naked.  Rev 3:17

"Kalian berkata, 'Aku kaya; aku memiliki segala sesuatu yang kuingini; aku tidak kekurangan suatu apa pun!' Kalian tidak menyadari bahwa secara rohani kalian malang, miskin, melarat, buta, dan telanjang. (FAYH)

Kembali pada konteks Laodikia pada saat itu, Laodikia merupakan salah satu kota terkaya dan menjadi pusat transaksi dan perdagangan. Dalam konteks jemaat, mereka telah memperkaya diri dan merasa tidak kekurangan apa-apa. Padahal mereka tidak tahu bahwa sebenarnya mereka melarat, malang, miskin, buta, dan telanjang.

Memiliki harta kekayaan yang banyak adalah impian kebanyakan orang, memiliki banyak harta adalah hal yang sangat diinginkan, dicari, diharapkan oleh setiap orang dalam hidup ini. Manusia dipacu untuk bekerja siang dan malam untuk mengejar harta kekayaan, memperkaya diri. Tidak jarang manusia saling menyakiti, mengkhianati, membunuh satu dengan yang lain, saudara sekandung bisa saling  bermusuhan bahkan berakhir dengan pembunuhan  hanya karena nafsu memburu harta kekayaan,

Tidak akan terjadi hal-hal yang setragis ini kalau seandainya mengerti dan memahami arti hidup ini, mengerti tentang  harta kekayaan yang sesungguhnya. Sebab segala harta kekayaan dalam bentuk apapun  yang  kita miliki dalam dunia tidaklah selamanya akan bersama-sama dengan kita. Dengan kata lain harta kekayaan yang ada dalam dunia ini yang begitu dikerjar, diburu oleh setiap orang tidaklah kekal adanya, sifatnya hanya sementara saja.

Untuk mengerti keadaan jemaat Laodikia, terlebih dahulu kita akan melihat keadaan kota Laodikia pada masa itu. Kota Laodikia, dimana jemaat Tuhan yang 'unik' ini terletak, didirikan oleh Antiokhus dari Siria untuk istrinya, Laodike. Sebagai kado untuk sang tersayang, wajarlah bila segala sesuatu diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Dan memang terbukti Laodikia segera berkembang menjadi kota yang besar, ramai, dan terkenal. Ada tiga ciri khas kota ini yang membuatnya terkenal ke mana-mana.

Pertama, Laodikia terkenal sebagai salah satu pusat kegiatan perbankan dan keuangan terbesar. Karenanya, ia juga merupakan sebuah kota yang termakmur dan terkaya di dunia. Pada tahun 61, ketika terjadi gempa bumi hebat dan sebagian kota ini hancur, ia menolak bantuan dari luar karena merasa cukup kaya untuk membangun kembali dirinya sendiri.

Kedua, Laodikia termasyhur karena kerajinan pakaian jadinya, khususnya yang terbuat dari wol. Bulu domba eks Laodikia terkenal lembut, mengkilap, serta berwarna hitam keungu-unguan. Bulu domba itu amat indah dan anggun, terutama bila dikenakan sebagai jubah kebesaran

Ketiga, Laodikia juga tersohor karena mutu sekolah kedokterannya. Dua dokter alumni sekolah ini, Zeuxis dan Aleksander Filalethes, begitu menjulang reputasinya sehingga wajah dan nama mereka diabadikan di atas uang logam mereka. Namun, yang membuat prestasi medis kota ini lebih melambung lagi adalah salep mata dan salep telinga yang mereka produksi. Tidak heran, orang-orang Laodikia merasa diri sehat selalu. Pendengaran dan penglihatan mereka istimewa.

Dengan memahami keadaan kota Laodikia yang pada saat itu dari sisi ekonomi boleh dikatakan sangat makmur, berkecukupan dalam segala hal,  tentu saja hal ini sangat  memperngaruhi pola pikir, dan pola hidup, serta kerohanian jemaat Tuhan yang tinggal di kota Laodikia. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada mereka “Karena engkau berkata:Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang” (Wahyu 3:17). Jemaat Laodikia dalam keadaan yang makmur, berkecukupan dalam banyak hal, bahkan mungkin punya harta kekayaan yang melimpah berkata bahwa “tidak kekurangan apa-apa lagi” semuanya serba ada, jadi tidak merasa perlu dan peduli lagi masalah kerohanian mereka, tidak peduli lagi mencari Tuhan, bersekutu dalam level keintiman dengan Tuhan.

 Hal yang serupa terjadi di zaman kita sekarang ini. Memang harus diakui bahwa masalah besar bagi negara-negara maju seperti negara-negara Eropa dan Amerika adalah “terperangkap” dalam pemikiran bahwa “tidak kekurangan apa-apa”,dan juga tidak perlu apa-apa lagi dalam menambahkan “kebahagiaannya” termasuk merasa sudah tidak perlu Tuhan lagi,  sehingga banyak gereja kosong. Bahkan ada yang berakhir gereja dijual dan dijadikan cafĂ©.


Perasaan ‘cukup’ yang Laodekia miliki adalah sesuatu yang begitu berbahaya. Ini bukanlah perasaan merasa cukup, atau bersyukur dengan apa yang dia miliki. Tetapi inilah suatu bentuk penipuan diri dengan menggantungkan hidup pada hal apa pun selain Tuhan. Merasa dirinya tidak perlu Tuhan, karena semuanya dia miliki.

Kontras sekali dengan pengajaran Yesus ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (Mat 5:3)

Miskin artinya tidak berkecukupan, masih membutuhkan. Orang yang miskin di hadapan Allah, artinya, dia membutuhkan Tuhan. dia butuh Tuhan setiap saat, setiap waktu, hidupnya melekat pada Allah.

Have a blessed day !

No comments:

Post a Comment