Wahyu 8:3 Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
8:4 Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa
orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Apa yang ada dibenak saudara saat mendengar kata “Kemenyan”?
saya rasa kita yang dibesarkan di Indonesia, kita langsung menghubungkan
kemenyan itu dengan dukun, sesuatu yang berbau mistis, dan horror. Apakah
kemenyan itu sebagai media penghubung untuk masuk dalam dunia roh? Asap dupa
tidak terpisah dari penyembahan. Kita yang tinggal di Singapore, setahun sekali
selama 30 hari, Singapore penuh dengan asap dupa, pada saat hungry ghost
festival (bulan Agustus-September). Orang Chinese membakar dupa, orang Hindu,
di Bali juga membakar dupa setiap hari. Sepertinya dupa itu sangat kental
dengan penyembahan.
Diayat ini kita melihat adanya asap dupa kemenyan yang
dipersembahkan kepada Allah. Kok Allah diberikan kemenyan?
Saat saudara berjalan melewati toko roti, saudara bisa tiba-tiba merasa lapar, saat mencium harum roti yang sedang dipanggang. Bisakah saudara membayangkan bau atau wewangian yang saudara sukai? Mungkin itu bau kue yang baru dipanggang, bau kopi, teh, rendang yang sedang dimasak, bau harum kuah baso, kuah soto ? Mungkin juga bau bunga kesukaanmu, atau rumput yang baru dipotong? Setiap kita memiliki bau wangi kesukaan kita sendiri.
Apakah saudara pernah berpikir bahwa Tuhan juga punya
kesukaan khusus dalam hal wewangian? Mari coba kita selidiki tabernakel
Perjanjian Lama dan apa yang di dalamnya yang menaikkan wewangian yang disukai
Tuhan.
Dalam Keluaran 30 dicatat bahwa di atas Tabut Allah berlapis
emas Harus harus membakar ukupan dan wangi-wangian. Mezbah ini berada di ruang
Maha Kudus, dimana hanya Imam Besar Harun yang boleh melakukan tugas membakar
wangi-wangian itu setiap hari. Di ayat 35 dijelaskan bahwa wangi-wangian itu
harus "digarami, murni, kudus." Wangi-wangian ini kudus bagi Tuhan
dan hanya digunakan untuk tujuan itu. Kata Ibrani untuk parfum adalah
"qetoreth" dan itu artinya dupa atau parfum, namun juga bisa
diterjemahkan sebagai "bau korban yang harum."
Ruang Maha Kudus adalah tempat bertemunya Tuhan dengan imam
besar yang mewakili Israel. Jadi, tirai yang memisahkan antara Ruang Kudus dan
Ruang Maha Kudus adalah seperti pintu untuk masuk ruang tamunya Allah, dan dupa
yang dibakar adalah seperti sebuah bel yang memberi tahu Tuhan bahwa Musa atau
Harun ingin bertemu dengannya.
Lalu apakah hal ini juga berlaku dengan kita saat ini?
Setiap hal yang ada di Perjanjian Lama menunjuk kepada Kristus dan apa yang
dikerjakan-Nya di kayu salib. Ketika Kristus mati di kayu salib, tirai bait
Allah terbelah dua sehingga tidak ada lagi pintu pemisah antara Tuhan dan
manusia bagi mereka yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Jadi apakah sekarang kita boleh mempersembahkan asap dupa
kemenyan? Sudah tidak perlu lagi, karena Yesus sudah membuka jalan untuk kita
dapat berkomunikasi dengan Allah.
Dupa atau wewangian merujuk kepada doa-doa kita kepada
Tuhan. Doa kita haruslah menjadi korban yang harum yang naik di hadapan Allah,
sebuah bau yang menyenangkan hati Allah (Wahyu 5:8). Doa yang murni dan kudus
muncul dari hati yang rindu untuk menyenangkan hati Tuhan dan kemauan untuk
melakukan Firman-Nya. Kadang kala doa kita menjadi sebuah pengorbanan saat kita
berdoa menurut kehendak Tuhan bukan kehendak kita sendiri.
Yesus menunjukkan teladan dengan menganggap serius kehidupan
doa-Nya selama ia hidup di dunia ini. Kita bisa menemukan berbagai catatan saat
Yesus berdoa seorang diri maupun bersama murid-murid-Nya. Yesus tahu betapa
pentingnya kehidupan doa bagi anak-anak Tuhan.
Doa, penyembahan dan
ucapan syukur kita adalah seperti asap dupa yang naik ke hadirat Tuhan
Kehidupan doa kita akan membentuk kehendak kita menjadi
selaras dengan kehendak Tuhan. Ketika doa-doa kita meninggikan Yesus Kristus
dan mencari kehendak Bapa, maka hal itu menjadi dupa yang harum di hadapan
Allah.
Mazmur 141:2 “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang”.
Have a blessed day !
God bless you pak Yakub 🙏
ReplyDelete