Daily Devotion – Alive &
Transformed
Serial The Great I AM (15)
Yohanes
11:1-6, Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania,
kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki
kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang
sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus:
"Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit." Ketika Yesus mendengar kabar
itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan
menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan
dimuliakan." Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun
setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di
tempat, di mana Ia berada;
Yesus memang mengasihi Marta, Maria serta
Lazarus. Namun setelah mendengarnya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua
hari lagi di tempat di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada
murid-murid-Nya, “Mari kita kembali lagi
ke Yudea.” ... Ketika Yesus tiba di Betania, didapati-Nya Lazarus telah empat
hari terbaring di dalam kubur. (Yoh 11:4-7.17)
Keputusan Yesus untuk tidak segera datang
ke rumah Lazarus yang sedang sakit tetapi menunda selama 2 hari ini, tentu
tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak segera mengobati/mengobatkan orang
sakit. Juga tidak boleh sebagai alat pembenaran diri bagi seorang hamba Tuhan untuk
menunda ketika ada umat minta didoakan saat sedang sakit keras.
Yesus menunda perjalannya selama dua hari,
sehingga ketika tiba di tempat Lazarus, ternyata Lazarus sudah empat hari di
kuburkan. Artinya kalaupun Yesus bergegas berangkat pergi begitu mendengar
kabar tentang Lazarus, tetap juga tidak keburu, karena Lazarus sudah mati
selama 2 dua hari.
Berdasarkan keyakinan Yahudi, dalam waktu 3
hari setelah kematian, jiwa masih berada di sekitar tubuh. Namun, setelah 3
hari, jiwa benar-benar meninggalkan tubuh untuk selama-lamanya. Itu berarti
Lazarus sungguh-sungguh sudah mati. Tubuhnya sudah berbau dan membusuk (ay.39).
Yesus sengaja menunda perjalanan selama dua
hari, agar kematian Lazarus mencapai lebih dari 3 hari. Bagi Yesus mau datang
segera, ataupun dua hari lagi, tidak menjadi masalah, Dia sanggup membangkitkan
kapan saja, karena DIA yang menggenggam kehidupan dan kematian.
Kesengajaan-Nya menunda kedatangan-Nya ke
Betania seolah-olah menjadi penyebab kematian Lazarus. Andaikan saja
Tuhan Yesus segera datang pastilah ini tidak akan terjadi. Itulah yang
timbul dalam pemikiran Marta yang menyambut kedatangan Yesus dengan satu
kalimat, seolah-olah memojokkan, tersirat dari pernyataannya: "Tuhan,
sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati." (ayat
11:21). Namun adakalanya Tuhan ijinkan masalah atau situasi sulit terjadi
dengan tujuan kita belajar percaya. Jika iman percaya kita terbatas pada
apa yang terlihat, dan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, kita takkan mampu
menyelami rencana dan jalan Tuhan.
Di tengah keputusasaan Marta, Tuhan Yesus
berkata kepadanya, "Saudaramu akan bangkit."
(Yohanes 11:23), dengan maksud untuk membangkitkan iman dan pengharapannya yang
hilang. Tetapi Marta menjawab, "Aku tahu bahwa ia akan
bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
(Yohanes 11:24). Marta menunjukkan imannya, yang mempercayainya, nanti pada saat akhir
zaman, Lazarus akan dibangkitkan. Namun Tuhan Yesus kembali berkata
kepadanya, "Akulah kebangkitan
dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati
selama-lamanya" (Yohanes 11:25). Dalam hal ini Tuhan Yesus
hendak menegaskan bahwa Ia berkuasa atas kehidupan dan kematian. "Percayakah
engkau akan hal ini?" (Yohanes 11:26b).
Banyak orang Kristen tahu dan mengerti
bahwa Yesus berkuasa mengadakan segala mujizat karena Dia adalah Tuhan yang
heran dan ajaib. Tetapi ketika dihadapkan pada 'kematian' di
segala bidang kehidupan, iman mereka goyah dan dibatasi oleh situasi sehingga
mata jasmani hanya tertumpu pada masalah dan kesukaran.
Mungkin saudara sedang menghadapi ‘kematian’
dalam bisnis, pekerjaan, keuangan, relationship, kesehatan, masa depan, yang
rasanya tidak mungkin bangkit kembali. Sehingga saudara lebih suka bernostalgia : “zaman sekarang mah serba susah, harga rumah semakin mahal, harga tanah
juga gila-gilaan, kondisi ekonomi lagi lesu, daya beli masyarakat menurun, mau
bisnis apa, lagi lesu kayak gini ? Coba kalau zaman dulu, segalanya masih serba
murah, gampang cari duit, zaman sekarang? Waduh…susah ngomongnya, apalagi
dengan adanya Covid 19, kemana-mana susah, ribet, banyak peraturan…gak tau dah
kedepannya seperti apa..”
Iman yang dibatasi dengan situasi dan
kondisi ini, dapat membatasi kuasa Tuhan bekerja. Iman Marta yang
terbatas tak mampu melihat kuasa Tuhan yang tak terbatas.
Perhatikan! "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi
bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi
Allah." (Markus 10:27).
Ketika Tuhan Yesus menyuruh mengangkat batu
dari kubur Lazarus, Marta keberatan karena tak percaya: "Tuhan,
ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." (Yohanes
11:39). Bagi Marta, sudah terlambat, sudah mati, sudah berbau, tidak
ada lagi yang bisa dikerjakan lagi, mau diapakan lagi?
Situasi dan kondisi yang
saudara alami mungkin mirip dengan yang Marta alami, saudara memvonisnya : sudah
tidak ada lagi yang bisa dilakukan, sudah tidak berdaya, sudah mati, sudah
berbau, sudah terlambat, tetapi belum kata Tuhan.
FirmanNya hari ini sebagai the Great I am,
Allah yg selalu hadir, yang tidak berubah, berkata: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa
percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Dalam hal ini
Tuhan Yesus hendak menegaskan bahwa Ia berkuasa atas kehidupan dan
kematian.
"Percayakah engkau akan hal ini?"
(Yoh 11:26b).
Have a blessed day !
Amiiiiin...🙏🙏
ReplyDelete