Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed
Matius 26 71 Ketika
ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada
orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang
Nazaret itu."
72 Dan ia menyangkalnya pula dengan
bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
73 Tidak lama kemudian orang-orang yang
ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah
seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu."
74 Maka mulailah Petrus mengutuk dan
bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah
ayam.
Setelah Petrus menyangkal satu kali, dia berpikir dia akan aman, dan orang tidak akan mempertanyakan lagi. Ternyata penyangkalan itu tidak menolong Petrus. Perempuan itu makin giat menyebarkan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa Petrus salah satu dari murid Yesus. Makin banyak orang mulai mendengar perempuan itu.
Maka Petrus bersumpah bahwa dia tidak kenal Yesus. Inilah
penyangkalannya yang kedua. Dia melakukannya dengan sumpah sekarang. Jika
jawabannya yang pertama hanyalah jawaban biasa, maka jawabannya yang kedua
menekankan kebenaran dengan sumpah. Dia berdusta, tetapi menutup dustanya itu
dengan mengucapkan sumpah palsu. Celakalah orang yang demi menutup tindakan
jahat yang telah dia lakukan menutupnya dengan sumpah palsu. Meskipun orang-orang
lain percaya sumpah palsumu itu, tetapi Tuhan akan memberikan hukuman yang
pantas bagi para pembuat sumpah palsu.
Sumpah palsu pun tidak menolong Petrus karena orang-orang
lain yang mendengar perkataan perempuan hamba itu lebih memercayai dia ketimbang
Petrus. Maka mereka makin mendesak dia dengan mengatakan bahwa logat Petrus
adalah bukti bahwa dia adalah pengikut dari Yesus yang sedang diadili. Untuk
menyelamatkan diri maka Petrus menggunakan sumpah dengan mengutuk. Dia mengutuk
untuk menguatkan sumpahnya. Dia mengucapkan sumpah yang siap menerima kutukan
berat dari Tuhan seandainya dia berdusta. Dia tidak lagi takut Tuhan yang akan
mengutuk jika dia bohong. Dia lebih takut orang banyak kalau mereka tidak
percaya kebohongannya.
Saat seseorang berdusta, untuk menyakinkan tentang dustanya,
maka dia cenderung memperkuat dengan sumpah, agar orang mempercayainya. Tuhan
mengajarkan untuk kita tidak boleh bersumpah. Karena bersumpah itu
mengatasnamakan Tuhan, mempergunakan nama Tuhan dengan sia-sia, bahkan orang
rela bersumpah agar sesuatu yang buruk terjadi didalam hidupnya. Itu sangat
berbahaya, bagaimana kalau yang disumpahkan itu terjadi? Ada orang yang demi
panggung politik bersumpah, kalau ramalannya tidak tepat, maka dia bersumpah
akan memotong telinganya, atau berjalan kaki dari Jakarta sampai Jogja. Tetapi setelah
apa yang dia katakan itu tidak terjadi, dia tidak berani melakukan sumpahnya
itu. hati-hati dengan sumpah, hati-hati dengan apa yang dikatakan, lebih baik
tidak bersumpah. Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak.
Sumpah biasanya ditambahkan agar orang percaya akan
perkataan kita. Kalau orang tidak percaya akan perkataanmu, tidak perlu
bersumpah, biarlah orang tahu kejujuran hatimu.
Petrus lebih terjerumus lagi, setelah dia bersumpah, dia
bahkan mengutuk. Ini lebih celaka lagi. kita gak tahu isi dari sumpah dan
kutukan itu. Mungkin kira-kira seperti ini: demi Allah aku gak kenal sekali
sama orang itu, masa orang kayak gitu menjadi guruku…bla..bla..bla…
Setelah penyangkalan ketiga, yang dilakukan dengan sumpah
sambil mengutuk diri, Petrus segera mendengar ayam berkokok yang kedua kalinya.
Inilah tanda dari Yesus. Ini tanda bahwa Petrus telah menyangkal tiga kali,
tetapi Yesus tidak melupakan dia (Luk. 22:31-32). Inilah tanda bahwa Yesus tahu
keadaan Petrus dan Dia mendoakan Petrus. Petrus ternyata hanyalah seorang
penakut yang mencari aman demi diri sendiri dan memutuskan untuk menyangkal
mengenal Tuhan. Inilah seruan dari seorang yang sebelumnya merasa begitu yakin
bahwa dia akan mati bagi Tuhan dengan keberanian yang besar tetapi gagal (Mat.
26:35).
Setelah mendengar ayam berkokok, sekarang Petrus tahu betapa
besar anugerah Tuhan. Dia sadar bahwa dirinya tidak layak dikasihi Tuhan. Dia
tidak punya kualitas yang diperlukan untuk melayani Tuhan. Dia tidak punya keberanian,
ketulusan, dan keteguhan untuk bersandar pada kebenaran. Sedikit ancaman sudah
membuat dia mundur dan mengabaikan Gurunya. Tetapi belas kasihan Tuhan membuat
Petrus dapat dipulihkan kembali. Tuhan memperbaiki Petrus, Setelah
kebangkitanNya, Yesus menemui Petrus di tepi pantai, Yesus tidak menegor dan
mengingatkan tentang penyangkalan diri, sumpah dan mengutuk, Tuhan Yesus
sempatkan untuk bercakap-cakap secara pribadi dengan Petrus, meneguhkan dan
mempercayakan Petrus kembali.
Biarlah bagian ini mengingatkan kita bahwa anugerah Tuhan
melayakkan kita untuk datang kepada Dia. Tetapi anugerah itu tidak boleh
membuat kita salah menilai diri kita. Kita harus peka dalam hal apa kita lemah,
dan setelah itu kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan untuk
memberikan kekuatan di dalam menjalani hidup bagi Tuhan. Kita sama lemahnya
dengan Petrus. Kita tidak lebih baik dari siapa pun. Satu-satunya alasan kita
dapat menjadi lebih baik adalah karena anugerah Tuhan yang besar. Dia telah
menyatakan pemeliharaan-Nya dan anugerah-Nya itulah yang membuat kita menjadi
seperti adanya kita sekarang (1Kor. 15:10).
Tuhan menginginkan kita untuk peka terhadap kelemahan kita.
Kita harus tahu hal apakah yang dapat membuat kita jatuh ke dalam dosa. Petrus
tidak sadar bahwa dia penakut dan lemah. Kita pun sering tidak sadar
kecenderungan berdosa kita. Tetapi jika kita menolak untuk menjadi sadar akan
kecenderungan berdosa kita, maka kita juga menolak untuk diberikan anugerah
tuntunan untuk hidup kembali di dalam kekudusan. Biarlah kita juga belajar
untuk menjadi gentar dan takut melihat kelemahan orang lain. Biarlah kita sadar
bahwa kita memiliki kelemahan yang jauh lebih besar daripada orang lain.
Pemikiran seperti inilah yang membuat kita waspada dan tidak mengandalkan diri.
Have a blessed weekend !
No comments:
Post a Comment