Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed
Yoh 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke
tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Penyiksaan Yesus sudah dimulai sebelum Dia disalibkan. Dia
dicemooh, dipermalukan, disiksa, diberi mahkota duri, dan sekarang Yesus
dipaksa untuk memikul salibNya.
Tentara Roma memaksa orang yang akan disalibkan untuk memikul
salib mereka. Sehingga saat mencapai tempat dituju, sebagian tenaga sudah
habis, karena kelelahan secara fisik, tidak hanya itu saja, sepanjang jalan
menjadi tontonan banyak orang, menyebabkan kelelahan secara mental, jiwa, dan
malu.
Penyiksaan melalui salib tidak hanya menyiksa secara fisik
tetapi adalah benar-benar siksaan yang menyebabkan mental drop. Saudara bisa bayangkan kalau seseorang akan
disalibkan, mereka akan menjadi tontonan orang ramai, bagaimana kalau diantara
tontonan itu ada banyak orang yang mengenalnya? Bagaimana perasaan keluarga
yang melihatnya? Kalau ada anaknya atau saudaranya, atau orangtuanya yang
melihatnya, bagaimana perasaan mereka menghadapi cemoohan masyarakat dan
gunjingan tetangganya? Bagaimana pula perasaan murid-muridNya yang mungkin saja
ada diantara orang banyak? Apakah mereka tidak merasa guilty? Kenapa kok aku
gak membelanya..? kenapa kok aku diam saja…? Jadi diantara orang banyak itu ada
banyak perasaan yang berkecamuk, ada yang malu, ada yang merasa bersalah, ada
yang menyesali tindakan mereka.
Sewaktu Yesus memikul salibNya, Dia sedang memikul dosamu, kesalahanmu, serta malu akibat dosa. Dia dipermalukan agar kita tidak malu lagi. Agar kita memiliki keberanian untuk menghampiri tahta Allah dan menerima anugrahNya. Adam dan Hawa begitu jatuh dalam dosa, mereka malu dan menyembunyikan diri dari Allah, tidak berani menghampiri Allah. Kematian Yesus diatas kayu salib menutupi rasa malu, aib akibat dosa, Dialah pakaian kulit binatang yang dibuat oleh Allah, menjadi pakaian untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, untuk menutupi aib, rasa bersalah, serta dosa.
Kita bersalah ketika kita melakukan kejahatan atau dosa, dan
untuk itu kita patut dihukum. Kesalahan itu juga mendatangkan perasaan
bersalah. Orang Kristen yang paling saleh sekalipun bisa bergumul dengan
perasaan tersebut ketika mereka berbuat salah.
Rasa bersalah itu sehat apabila itu mendesak kita untuk
mengakui dosa dan membawa kita kepada pertobatan. Namun, jika kita
terus-terusan memendam rasa bersalah setelah kita diampuni, kebebasan kita
menjadi terhalang. Kebenaran Injil yang indah menyatakan bahwa Kristus menghapus
penghukuman atas kita, sehingga kita dapat sepenuhnya terbebas dari beban rasa
bersalah. Marilah bersukacita bahwa karena Yesus, kita tidak perlu lagi
menyimpan rasa bersalah atau terus menanggung aib. Kita sudah diampuni!
Have a blessed weekend !
No comments:
Post a Comment