Daily Devotion
Efesus 4:2 Hendaklah
kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam
hal saling membantu.
Sikap kedua yang dinasehatkan Paulus yang harus dikembangkan
oleh setiap orang percaya adalah lemah lembut. Apakah yang dimaksud dengan
lemah lembut di sini? Lemah lembut adalah karakter pribadi seseorang yang
istimewa di mana orang yang lemah lembut bersedia menerima keterbatasan dan
kesulitan tanpa banyak keluhan dan bantahan.
Itu berarti menunjukkan rasa syukur atas perlakuan
sesederhana apa pun yang kita terima dan menoleransi mereka yang tidak
memperlakukan kita dengan baik.
Lemah lembut berarti tetap berbicara dengan tenang dan
lembut saat dihasut. Itu dapat berarti mengambil sikap diam; karena ketenangan
sering menjadi respons yang tepat terhadap kata-kata kasar.
Saat anak-anak berisik dan gaduh, serta menjengkelkan, kita
cenderung meresponi dengan berteriak kasar dan menyuruh mereka untuk diam,
terlebih lagi kalau didalam hati sedang kesal. Suasana hati yang tidak tenang,
menjadi penghalang untuk bersikap lemah lembut.
Lawan dari lemah lembut adalah kasar. Saat kita jengkel,
marah, kecewa, kita dapat bertindak kasar terhadap keadaan maupun terhadap
seseorang yang menjengkelkan. Kita gagal
menjadi berkat bagi orang lain ketika perilaku kita menjadi kasar.
Lemah lembut merupakan salah satu sifat yang kita temukan
dalam diri beberapa tokoh Alkitab. Misalnya ada dalam diri Musa, ketika ia
memimpin bangsa Israel yang keras kepala berada dalam perjalanan di padang
gurun menuju ke tanah Kanaan (Bil. 12:3).
Kita menemukan keteladanan dalam hal lemah lembut tersebut
ada dalam diri Yesus Kristus sendiri (Mat. 11:29 Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.)
Yesus saat berhadapan dengan orang Farisi, Saduki, ahli
Taurat, tetap tenang. Yesus dapat bersikap tegas terhadap kesalahan mereka dan
menegor dengan keras, tetapi Yesus tidak kehilangan kendali atas perasaanNya. Dia
tetap dapat mengontrol emosi.
Kita diminta untuk belajar dari Yesus dalam hal lemah lembut
dan rendah hati. Menghadapi situasi yang menjengkelkan, dan tidak sesuai yang
diharapkan, Yesus tetap tenang, tidak grasa grusu.
Mungkin ada yang berpikir, aku ini sudah dilahirkan dalam bentuk seperti ini, emosiku mudah meledak-ledak, omonganku kasar, bagaimana mungkin aku menjadi lemah lembut?
Ya memang ada orang yang dari lahir sifatnya tenang, kalem,
sehingga mudah bagi dia untuk mengendalikan perasaan dan bersikap lemah lembut.
Tetapi perlu kita sadari pula bahwa lemah lembut yang
sesungguhnya bukanlah produksi dari diri kita sendiri, tetapi itu hasil
persekutuan kita dengan Roh Kudus. (Galatia 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,5:23 kelemahlembutan,
penguasaan diri.)
Semakin kita intim dengan Roh Kudus, semakin nampak buah Roh
didalam hidup kita.
Have a blessed day !
No comments:
Post a Comment