"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!" Wahyu 3:1
Secara geografis letak kota Sardis sangat srategis karena berada di dataran Lembah Hermus dan dikelilingi Gunung Tmolus yang tinggi dan terjal, sehingga kota ini aman dari serangan musuh. Selain itu Sungai Pactolus yang mendapatkan aliran air dari Gunung Tmolus biasanya mengalirkan air yang disertai dengan endapan emas. Itulah sebabnya kota Sardis adalah kota yang makmur, apalagi ditunjang adanya pabrik kain dan pakaian dari bulu domba. Faktor-faktor inilah yang mampu mengangkat perekonomian rakyatnya, termasuk kehidupan jemaat di kota itu.
Kemapanan ekonomi ini membuat jemaat Sardis hidup dalam comfort zone atau zona nyaman, sehingga mereka menjalani kehidupan rohaninya pun tanpa kesungguhan, tidak lagi memercayakan hidup sepenuh kepada Tuhan, tapi menjadikan kekayaan sebagai sandaran hidup. Mereka aktif dalam kegiatan rohani, namun dasar pelayanan bukanlah karena hati yang mengasihi Tuhan, tapi fasilitas yang mumpuni; sekalipun pelayanan mereka tampak hebat di pemandangan manusia, Tuhan memiliki penilaian yang berbeda. Tuhan justru menegur jemaat Sardis dengan sangat keras, "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!" (ayat nas). Ternyata tak satu pun pekerjaan yang mereka lakukan kedapatan sempurna di mata Tuhan, artinya apa yang mereka perbuat tak mendatangkan perkenanan dari Tuhan, tak membuat hati Tuhan disenangkan. Aktivitas pelayanan mereka hanya tampak 'wah' dari sisi luarnya saja. Kehidupan kerohaniannya sepertinya hidup, tetapi sesungguhnya mati. Sama seperti pohon yang nampaknya seperti hidup, tetapi sesungguhnya akarnya sudah keropos, dan hanya menunggu waktunya saja untuk menjadi kering dan mati.
Tuhan menambahkan, "...di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu." (Wahyu 3:4). Kalimat 'ada beberapa orang' artinya hanya ada sedikit jemaat yang menjaga hidupnya tidak bercela (tidak mencemarkan diri dengan dosa). Jadi, sebagian besar jemaat di situ melakukan kompromi dengan dosa, alias hidup dalam kedagingan. Ini peringatan keras bagi orang percaya!
Jika kita masih hidup dalam dosa dan berkompromi dengan
dunia ini, pelayanan kita tak berarti apa-apa di mata Tuhan; sekalipun tampak hidup tapi sesungguhnya 'mati'
di pemandangan Tuhan!
have a blessed day !
God bless you pak Yakub
ReplyDeleteAmen 😇
ReplyDelete