”Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus” (Mrk. 16:7).
Inilah perintah malaikat Tuhan kepada para perempuan yang
datang ke kubur pagi itu. Nama Petrus disebutkan secara khusus. Apakah artinya
ini? Kenapa hanya nama dia? Bukankah perkataan murid-muridNya mencakup nama
Petrus pula?
Kelihatannya, peristiwa penyangkalan Petrus di halaman rumah
imam besar telah menjadi buah bibir di kalangan para murid. Pengingkaran bukan
persoalan sepele. Bisa jadi, Petrus pun merasa tidak enak tinggal dalam
persekutuan itu. Dia telah menjadi bahan gosip di antara mereka. Nama Petrus
viral dimana-mana, mungkin kalau situasi zaman sekarang, banyak yang akan
nyinyir dan mencibir, “kok murid utama Yesus, menyangkal Yesus, padahal sudah
ikut Yesus selama 3 tahun lebih, murid pilihan lagi, sudah melayani, termasuk
tiga jajaran murid utama, kok bisa sih menyangkal Yesus..?”
Yudas Iskariot, pastilah juga menjadi bahan gosip. Tetapi
dia telah mati bunuh diri. Dan kematiannya bisa jadi dirasakan para murid
sebagai harga yang harus dibayarnya. Mungkin saja, di antara para murid ada
yang menganggap tindakan Yudas sebagai penebus salah. Tetapi, bagaimana dengan
Petrus?
Tampaknya, hubungan Petrus dengan para murid menjadi kurang
harmonis. Bisa jadi, ada di antara para murid yang ingin Petrus keluar dari
komunitas itu. Namun, mereka pun tak bisa mengusir Petrus. Sebab, Yesus sendiri
pun pernah menyatakan bahwa Petrus akan menyangkalnya. Bahkan Yesus
memerintahkan Petrus, jika telah sadar,
agar menguatkan para murid lainnya. Lagi pula, para murid lainnya,
kecuali Yohanes dan Petrus, lari saat Yesus ditangkap. Mereka juga tidak lebih
baik dari Petrus.
Sehingga, frasa ”Katakanlah kepada murid-murid-Nya dan
kepada Petrus” bisa dikatakan semacam penerimaan kembali. Memang Petrus telah
menyangkal Yesus. Kita tak perlu mengecilkan arti penyangkalan ini.
Bagaimanapun, penyangkalan merupakan kesalahan besar. Tetapi, yang penting
untuk ditelaah ialah bahwa Petrus sungguh-sungguh menyesali kejadian itu.
Setelah peristiwa penyangkalan itu, ketika Yesus berpaling memandang Petrus,
Lukas mencatat: Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya (Luk.
22:62).
Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Menangis dengan sedihnya bukanlah perkara biasa. Ini bukanlah semacam rasa haru karena menyaksikan kesusahan orang lain. Tetapi, ini merupakan semacam penyesalan diri karena menyadari betapa lemahnya tubuh fana ini.
Frasa ”roh memang penurut, tetapi daging lemah” terlihat
jelas dalam peristiwa penyangkalan Petrus. Ini bukanlah air mata biasa. Ini
juga bukan rekayasa. Inilah air mata ketulusan. Dan Allah menghargai air mata
kayak begini. Bagaimanapun, Allah melihat hati orang.
Paskah adalah kebangkitan Yesus. Dan serentak dengan itu
kebangkitan para murid, dalam hal ini Petrus. Yesus yang bangkit adalah Yesus
yang menerima Petrus kembali. Dia tidak sekadar bangkit, Dia juga membangkitkan
Petrus.
Saat merayakan Paskah, kebangkitan Kristus, mari kita
bertanya: "Apakah kita juga telah dibangkitkan Kristus?" Jika belum,
mintalah kepada Allah untuk membangkitkan kita dalam kehidupan yang serba tak
pasti ini! Mintalah kepekaan hati untuk merasakan kebangkitan Kristus itu dalam
diri sendiri.
Have a blessed day !
God bless you pak Yakub
ReplyDelete