Monday, April 11, 2022

JUBAH PUTIH

 Wahyu 6:11 Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.

Jubah putih didalam kitab wahyu adalah berbicara tentang pakaian yang akan dikenakan warga kerajaan Surga. Apakah nanti di Surga kita hanya mengenal satu warna saja? Kita belum tahu.

Di Surabaya ada satu gereja yang mengenakan pakaian saat pelayanan serba putih, bahkan dasi, serta sepatu pendetanya pun warna putih, termasuk mobil yang dipakainya. Di Gereja kita setiap awal bulan, pada saat perjamuan kudus, setiap pelayan Tuhan mengenakan pakaian putih.

Anak-anak sekolah umumnya baju seragam mereka berwarna putih. Kain kafan pun berwarna putih. 

Putih berbicara tentang kebersihan, tanpa noda. Jubah Putih yang diberikan oleh Tuhan kepada martir nya sebagai tanda bahwa mereka adalah warga kerajaan Surga.

Apa yang Kitab Wahyu ajarkan tentang "Kekudusan"?

1. Kekudusan Berasal Dari Kristus

"Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba." (Wahyu 7:13-14)

Tidak ada kekudusan di luar Kristus! Tidak ada perbuatan saleh manusia yang menjadikan manusia suci di hadapan Allah. Kekudusan dimungkinkan karena "darah Anak Domba", yaitu ketika kita menerima pengorbanan Yesus di atas kayu salib yang membenarkan kita.

Akan tetapi adalah suatu kesalahan fatal ketika menganggap bahwa manusia tidak perlu melakukan apapun supaya kudus. Kata-kata "mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba" menandakan adanya ‘peran' manusia dalam hal kekudusan. Dalam hal apakah manusia ‘berperan'? Tuhan mau manusia beriman dan bertindak untuk menerima pengorbanan Yesus, dimulai dengan pertobatan. Kelihatannya terdengar sederhana dan gampang, namun dalam situasi hidup hari-hari ini yang sarat dengan nilai dunia, tidak semudah yang dibayangkan. Wahyu 9:20-21 menubuatkan datangnya masa di mana manusia tidak mau bertobat bahkan setelah Tuhan mulai mencurahkan penghukuman-Nya atas bumi. Betapa mengerikan!

2. Kekudusan Terkait Dengan Gaya Hidup Kita

Kitab Wahyu 17-18 menggambarkan dengan kuat suatu masa di mana sistem dunia dan iblis, dilambangkan dengan "Babel", yang mempengaruhi banyak otoritas di muka bumi ini. Adopsi nilai-nilai Babel ini digambarkan sebagai tindakan percabulan.

Pada hari ini, tidak sulit untuk membayangkan seberapa kuat nilai-nilai dunia dan iblis bisa mencengkeram suatu bangsa, wilayah dan penduduknya. Gaya hidup Babel, yang adalah percabulan, baik fisik maupun rohani, telah menjadi suatu pandemi.

Wahyu 18:4: "Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya."

Sebagai umat Tuhan, kita semua diminta untuk keluar dari: gaya hidup percabulan Babel dan segala sesuatu pilihan hidup yang menggantikan Tuhan di tempat pertama. Hidup kudus adalah sesuatu yang praktikal, ada di dalam hidup kita sehari-hari, ada di dalam pilihan gaya hidup kita: keuangan, hubungan dekat, kepemilikan materi, egosentrisme dan banyak lagi.

3. Kekudusan Harus Diusahakan Dan Dipertahankan

Kitab Wahyu tidak hanya menekankan peran Ilahi dalam hal kekudusan, namun di saat yang sama juga menyebutkan adanya peran manusia untuk hidup kudus.

• Wahyu 3:5: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian;

Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya."

• Wahyu 16:15: "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya."

Perkataan: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih" (Wahyu 3:5) menunjukkan bahwa ada upaya manusia, yaitu menjadi menang, supaya ia tetap kedapatan kudus dan layak menjadi penghuni sorga ("berpakaian putih"). Demikian pula perkataan: "Berbahagialah dia... yang memperhatikan pakaiannya" menandakan peran aktif seseorang agar tetap kedapatan kudus. Apakah dengan demikian kita semua kembali ke Hukum Taurat, harus melakukan banyak hal terutama dalam kitab Imamat, supaya tetap murni dan tidak cemar? TIDAK! Kekudusan yang harus diusahakan, bukan berasal dari luar ke dalam. Melainkan dari dalam (hati) ke luar.

Biarlah mata kita terbuka melihat Dia yang duduk di takhta, dan mendengar penyembahan sorga berkumandang: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Maha Kuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

Have a blessed day !

1 comment: