Saturday, August 22, 2020

Lose to Find

Daily Devotion – Alive & Transformed  

Yoh 12:25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.

I've lost my life to Jesus! | By this all will know

Perhatikan  ayat itu, itu adalah ayat yang paradok. Bertentangan dengan apa yang umumnya. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, bukankah seharusnya kebalikannya, kalau kita mencintai nyawa kita, maka kita akan mendapatkannya, tetapi disini malah kehilangan nyawanya.

Yesus memang terkenal dengan ajarannya yang bertentangan dengan pandangan umum, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Misalnya seperti ayat i, Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;  sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.

Atau soal musuh, Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.  Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.

Untuk mengerti ayat-ayat seperti itu lebih tepat, maka jangan asal comot dan dipakai dalam segala keadaan, nanti bisa salah kaprah, pernyataan Yesus yang paradok, harus dilihat dari latar belakang perkataan itu sehingga kita tidak salah tafsir.

Pernyataan Yesus ini dikemukakan olehNya pada saat kedatangan tamu beberapa orang Yunani. Menjelang hari raya paskah waktu itu banyak orang datang ke Yerusalem dengan tujuan mengikuti ibadat di Bait Allah. Diantara mereka ada juga orang-orang yang bukan Yahudi, salah satunya orang Yunani. Mereka adalah orang-orang Yunani yang menganut agama Yahudi.

Bagi kita saat ini, orang-orang Yunani yang ingin bertemu dengan Yesus mewakili kita umat manusia yang bukan Yahudi. Orang-orang Yunani itu mewakili bangsa-bangsa lain di dunia ini untuk datang kepada Yesus pada saat itu. Itu sebabnya ketika Filipus dan Andreas memberitahukan kedatangan mereka kepada Yesus, Dia mengatakan, Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan (Yoh 12:23). Sebab bangsa-bangsa lain juga sudah mendengar berita tentang Yesus, berita tentang hadirnya Juruselamat.

Yesus menyadari bahwa penderitaan dan kematiaanNya sudah di depan mata. Dia memakai perumpamaan biji yang jatuh ke dalam tanah dan “mati” tapi sebenarnya justru tumbuh dan menghasilkan buah yang banyak. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah (Yoh 12:24).

Yesus itulah yang memilih mati demi kehidupan. Yesus bisa saja menolak kehendak BapaNya, namun Dia memilih untuk mengosongkan diri dan tunduk kepada kehendak BapaNya. Dia bukan korban dari kejahatan manusia melainkan Dia mengorbankan diriNya untuk menebus manusia dari kematian kekal.

Sama seperti yang dikatakan dalam kitab Ibrani, bahwa Yesus adalah Imam Besar yang mengorbankan diriNya demi umat manusia. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah,… (Ibr 5:8-10). Kristus rela memberikan hal yang paling berharga, yaitu nyawaNya sendiri. Itu sebabnya, Allah memuliakan Kristus.

Bagi mereka Yesus mengatakan, Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh 12:25). Yang ingin dikatakan oleh Yesus sebenarnya adalah sesuatu hal yang amat jelas dalam kehidupan kita saat ini. Yesus tahu dan kita juga tahu, ada banyak orang yang mencintai nyawanya, mencintai hidupnya sedemikian rupa, sehingga ia bersedia berbuat apa saja, mengorbankan apa saja, pokoknya asal bisa hidup enak, apalagi kaya raya. Demi memiliki hidup yang nyaman, maka tindakan yang bertentangan dengan hati nurani pun dilanggarnya.

Misalkan saja, di Indonesia beberapa waktu yang lalu, kita mendengar adanya, penjual gorengan yang mencampur minyak dengan plastic agar hasil gorengan nya garing serta mengkilat, penjual tahu memakai pengawet formalin (bahan pengawet mayat), atau ada pula yang jual beras plastic, bikin saos tomat dengan tomat yang sudah mulai busuk,  serta banyak lagi tindakan yang ganjil dan gak masuk akal dengan tujuan, yang penting aku cepat kaya. Prinsip moral, hati nurani tidak dianggap penting, Yang penting hanya hidup enak dan sukses.

Tetapi bagi orang yang tunduk pada kehendak Tuhan, taat akan FirmanNya, memegang teguh prinsip kebenaran, rela memikul salib karena hidup dalam ajaran-ajaran Kristus, maka kepada orang ini Tuhan katakan tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal (Yoh 12:25). Orang yang seperti ini mengarahkan kehidupannya kepada kehidupan yang kekal.

Yesus mengajarkan prinsip kehidupan didunia ini tidak hanya berhenti saat kita mati, tapi masih berlanjut episode berikutnya kehidupan kita. Selama hidup di dunia ini, biarlah kita seolah-olah “kehilangan nyawa” kita, mengais rejeki yang halal demi sesuap nasi, tidak ambil jalan pintas untuk cepet naik jabatan, apalagi pakai pesugihan dengan bantuan kuasa setan. Kerja dengan jujur, bersih dihadapan Tuhan, maka Tuhan yang akan mengangkat saudara dikemudian hari.

Saat orang lain dapat hidup semau gue, tanpa perdulikan apakah itu melanggar Firman Tuhan atau tidak, mereka menikmati hidup tanpa batas, sedangkan kita membatasi diri dengan mengikuti ajaran Firman Tuhan, sehingga seolah-olah kita “kehilangan nyawa” kita, hidup kita dibatasi, gak boleh ini, gak boleh itu, bagi orang zaman now, sex before married adalah biasa, tetapi bagi kita, itu tidak berkenan dimata Tuhan.

Didalam kehidupan kita beribadah kepada Tuhan, saat orang lain enak-enakan tidur lebih lama pada hari minggu, eh..saudara dapat tugas melayani di gereja, harus bangun lebih pagi, harus latihan, saudara seolah-olah kehilangan satu hari, tetapi saat saudara memberikan satu hari kepada Tuhan, saudara tidak kehilangan hari itu, Tuhan akan membalasnya.

Have a blessed weekend !

 

No comments:

Post a Comment