Daily Devotion - Alive and Transformed
Yoh 13:37 Kata Petrus
kepada-Nya: "Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku
akan memberikan nyawaku bagi-Mu!" 38 Jawab
Yesus: "Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali."
Petrus dikenal sebagai orang yang spontanitas, baik dalam
perbuatan maupun perkataan. Disaat dia mendengar bahwa Yesus akan pergi, dan
dia tidak bisa mengikutinya, maka dia spontan berkata: pokoknya kemana Engkau pergi aku akan ikut, bahkan aku akan memberikan
nyawaku bagiMu !!
Waaww….perkataan yang mantap sekali !! tetapi Yesus tidak
terpesona dengan perkataan itu, sebab Yesus tahu, bahwa saat perkataan itu
diuji, Petrus malah menyangkal Tuhan sebanyak 3 kali.
Banyak kali kita mudah berjanji dan berkata kepada Tuhan: pokoknya sampai kapanpun aku akan tetap
setia, Tuhan, Engkaulah nomor satu didalam hidupku….bla…bla..bla…
Tetapi saat kalimat diuji, saat hujan datang, saat saudara
sibuk dengan pekerjaan, saat saudara sibuk dengan keluarga, saudara lupa
memprioritaskan apa yang saudara janjikan. kalimat yang barusan diucapkan
hanyalah kalimat kosong belaka.
Manusia dipegang perkataannya, karena itu apa yang kita katakan,
kita harus jaga, kalau itu berupa janji, ya kita harus tepati, kalau gak bisa
tepati, jangan berjanji.
Pokoknya, bulan depan
saya bayar semua hutang saya, pasti deh..pasti…Ditunggu-tunggu, bulan
depan, eh…gak bayar juga..janji lagi, bulan
depan deh…pasti pasti saya bayar….eh
gak juga.
Para gadis, kalau ada pemuda yang berkata muluk-muluk nan lebay, jangan langsung klepek-klepek dan lupa diri, “engkaulah satu satunya yang ada didalam hatiku, lautan kan kusebrangi, gunung kan kudaki, demi mendapatkan cintamu..buat kamu apa sehh yang gak aku lakukan…!”
Ada saatnya
perkataan itu diuji, nah lihatlah apakah si doi itu memegang akan janjinya atau
tidak.
Suami istri, pada waktu memasuki gerbang pernikahan, ada
covenant yang diucapkan pada waktu pemberkatan pernikahan: Aku akan tetap setia, baik suka maupun duka, sehat maupun sakit, kaya
ataupun miskin, bahkan didalam segala keadaan…
Ada saatnya janji nikah yang saudara ucapkan itu diuji, ternyata
kehidupan pernikahan yang dijalani malah kekurangan, sakit-sakitan, banyak yang gak
enaknya. pada saat itulah perkataan yang saudara ucapkan terlihat apakah janji
itu sekedar janji saja ataukah benar-benar dilakukan.
Apa yang kita ucapkan kita harus bisa memegang teguh atas
janji atau perkataan yang kita ucapkan. Kalau tidak bisa, mintalah Tuhan untuk
menolong situasi saudara, sehingga saudara memiliki kemampuan untuk tetap
memegang janji tersebut. atau lebih aman, jangan pernah berjanji yang lebay
kalau kita tidak bisa menepatinya kelak.
Pengkhotbah 5: 4, mengatakan: “Lebih baik engkau tidak bernazar, daripada bernazar tetapi tidak
menepatinya”.
Kata “nazar” yang
ditemukan dalam Alkitab, berkaitan dengan janji seseorang kepada Allah. Nazar
itu bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti:
1. Janji melaksanakan suatu tindakan (Kejadian 28: 20-22), misalkan : Tuhan kalau Engkau membuat proyek ini berhasil, aku
akan memberikan 30 persen dari setiap penghasilanku. Tuhan kalau masalah sulit ini terselesaikan, aku akan traktir semua pelayan Tuhan.
2. Janji menjauhkan diri dari sebuah tindakan (Mazmur 132: 15)
misalkan : Tuhan, aku janji gak akan
malas ke gereja, aku janji akan baca firman setiap pagi, aku janji akan setia
dalam pelayanan.
3. Janji agar Tuhan menyatakan pertolongan-Nya (Bilangan 21:
1-3) misalkan: Tuhan, kalau Engkau memberi
aku keturunan, aku akan memberikan anakku itu untuk melayani Tuhan seumur
hidup. Tuhan kalau aku sembuh dari sakit penyakitku ini, aku akan memberikan
persembahan sejumlah sekian dollars untuk gereja. Tuhan kalau anakku lulus ujian, aku akan selamatan, bikin nasi kuning buat jemaat gereja.
Nazar sebagai janji harus dipenuhi, dan adalah dosa jika tidak memenuhinya. Itu sebab, sebelum bernazar, seseorang harus memikirkannya dengan sungguh sungguh, bukan melakukannya karena emosional (Amsal 20: 25). Bernazar atau tidak bernazar bukan dosa. Yang berdosa adalah, bernazar tetapi tidak memenuhinya.
Mengenai bernazar, jangan saudara berpikir kalau saya bernazar
maka permintaan saya akan cepat dikabulkan, kalau saya tidak bernazar
kemungkinan lama atau tidak dikabulkan. Tidak demikian maknanya. Bernazzar bukan berarti menyogok Tuhan, sehingga Tuhan akan segera mengabulkan permintaan kita. Tuhan tetap
tolong dan tetap sayang kepada saudara meski saudara tidak bernazar. Lho kalo
gitu ngapain bernazar? Ada saja orang yang dalam situasi kondisi tertentu, atau
perasaan hatinya meluap-luap, membuat orang tersebut bernazar kepada Tuhan.
Yefta, menjadi suatu kasus yang sangat menarik tentang nazar. Ketika dia bernazar akan memberikan apa pun yang keluar dari pintu rumahnya untuk dipersembahkan kepada Tuhan (Hakim Hakim 11: 29-40). Dalam kasus Yefta, anak perempuannya dipersembahkan sebagai “gadis yang tidak pernah mengenal laki-laki” ayat 39, (nazir Allah) yang mengabdikan diri pada Allah seumur hidupnya. Yefta, harus memenuhi nazarnya sekalipun hatinya sangat hancur (ayat 35).
Untuk kasus ini, ada yang ber-anggapan
seolah-olah anak gadis Yefta dibunuh, ini tidak benar (Alkitab melarang persembahan dengan membunuh
anak-anak seperti kebiasaan keji pada pengi-kut Dewa Molokh (Im 18: 21, 20:
2-5, Ul 12: 31). Jadi dipersembahkan, bukan dibunuh melainkan jadi nazir Allah.
Anak gadisnya Yefta tidak pernah menikah, karena menggenapi nazar dari Yefta.
Pendek kata, kalau kita berjanji kepada Tuhan, laksanakan janjimu.
Have a blessed day !
No comments:
Post a Comment