Saturday, December 5, 2020

Untuk Siapa Sih Ayam Berkokok?

 Ups kenapa kok judul renungan hari ini aneh? Ayam berkokok karena mereka harus berkokok, bukan menggonggong atau mengeong. Tetapi dalam kisah tentang penyangkalan Petrus yang kita ketahui, Si Ayam berkokok bukan hanya karena pagi telah menjelang, tetapi untuk memberikan peringatan kepada Petrus akan perkataan Tuhan Yesus kepadanya. Ketika Si Ayam menyaringkan suara kokoknya, Petrus teringat akan apa yang dikatakan Yesus bahwa sebelum ayam berkokok, dia sudah menyangkal Yesus 3 kali.


Yoh 18:25 Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" 18:26 Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?" 18:27 Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.

Dan apa yang dikatakan Yesus sebelumnya, telah digenapi. Petrus sedih, tetapi dia ingat pula tentang perkataan Yesus yang lain, bahwa Yesus telah mendoakannya supaya imannya tidak gugur, dan bahkan lebih daripada itu, ia dipercaya untuk menjadi seseorang yang akan menguatkan saudara seiman yang lainnya.

Luk 22:32 tetapi Aku telah berdoa untuk engkau,  supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.

Petrus teringat akan perkataan Yesus tentang kejatuhannya. Tetapi itu bukanlah hal terakhir yang dia dengar dari Yesus, dia juga mendengar firman Kristus bahwa dia akan dipulihkan dan kemudian akan menjadi berkat bagi orang lain. Kegagalannya bukan akhir dari visi pelayanannya, tetapi sebuah awal untuk melayani Kristus bukan lagi dengan self-confidencenya, tetapi dengan kasih karunia Allah. Petrus tahu tidak ada satupun dari dirinya yang cukup baik untuk menjadi landasan hidup dan pelayanannya tetapi hanya kasih karunia di dalam Kristus.

Ayam berkokok saat itu untuk menjadi pengingat bagi Petrus, bahwa panggilan dan pilihan Allah dalam hidupnya tidak pernah gagal. Kejatuhannya membawanya kepada kesadaran akan ke utuhannya untuk bersandar kepada kasih dan kekuatan Allah bukan dengan kekuatan kepribadiannya. Ayam berkokok menyudahi kesombongan Petrus, mengawali kehidupannya yang sepenuhnya berserah dan bergantung kepada Allah. 

Di dalam Lukas 22:32 bahkan Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, bahwa saat dia sudah insaf, dialah yang diberikan mandat untuk menguatkan saudara-saudaranya yang lain. Petrus yang jatuh adalah Petrus yang juga dipercaya untuk sebuah mandat. Apakah Petrus pantas mendapatkan kepercayaan itu? Tidak, sama sekali tidak. Tetapi itulah kasih karunia. Si penyangkal Kristus itu pada akhirnya menjadi Pemimpin kegerakan gereja mula-mula saat dia telah mengalami pemulihan. 

Suara ayam berkokok mengingatkan Petrus akan perkataan Yesus, Sang Guru. Bukan untuk membuat dia putus asa, tetapi untuk membuatnya insaf dan bertobat. Pertobatan yang akhirnya membawa kepada pemulihan. Pemulihan yang akhirnya membawa kepada pelayanan yang berbuah. Sebab rencanaNya pasti akan selalu digenapi.

Apakah engkau mendengar ayam berkokok pagi ini? Atau apakah engkau melihat keindahan fajar di pagi hari? Atau engkau dapat merasakan kehangatan sinar matahari atau semilir angin yang berhembus saat ini. Setiap hal yang kita rasakan dapat merupakan sebuah pengingat perkataan Allah bagi kita.

The story of Peter shows us that even our failures can’t overcome His love and  plan for us.

Have a blessed weekend!

No comments:

Post a Comment