Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed
"Kata Yesus kepada Petrus: 'Sarungkan pedangmu itu;
bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?'" Yohanes 18:11
Untuk menang orang-orang dunia akan menggunakan segala cara,
jika perlu dengan kekerasan disertai ancaman, menjegal, menindas, bahkan kalau
perlu 'memangsa' sesamanya, seperti
istilah homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia
lainnya) yang telah ada sejak tahun 195
SM, dicetuskan oleh Plautus dalam karyanya berjudul "Asanaria". Mereka juga berprinsip setiap kejahatan harus
di balas dengan kejahatan yang setimpal, atau malah lebih kejam. Istilah dunia
Perjanjian Lama, mata ganti mata, gigi ganti gigi. Dengan kata lain, kamu pukul
mata saya, saya pukul balik lagi mata kamu.
Tetapi firman
Tuhan mengajarkan: "Janganlah
membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian
dengan semua orang! Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia
haus, berilah dia minum!... Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah
kejahatan dengan kebaikan!" (Roma
12:17, 18, 20, 21). Karena itulah Yesus
dengan tegas berkata kepada Petrus,
"Sarungkan pedangmu itu;"
(ayat nas).
Teguran ini bisa jadi membuat Petrus kecewa. Ingin membela Tuhan Yesus tetapi kok justru malah dimarahi dan diperintahkan menyarungkan pedangnya; bermaksud membela Guru namun ia justru disalahkan, dan serasa dipermalukan di depan orang banyak. Pernyataan Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa Dia anti kekerasan. Sampai kapan pun kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, sebaliknya justru semakin memperburuk masalah, berakibat hal-hal negative.
Pertengkaran dalam rumah tangga tidak akan terselesaikan
kalau keras lawan keras. Suami berteriak keras, istri membalas dengan lebih
keras lagi, lantas saling sahut menyahut dengan nada semakin tinggi, apakah
akan ada penyelesaian? Banyak rumah tangga gagal, karena keras dilawan dengan
keras. Hati yang sedang sakit akan cenderung membalas dengan menyakiti orang
lain pula.
Mendidik anak yang keras kepala tidak bisa ditundukan dengan
kekerasan pula. Ini bukan bearti tidak boleh mendisiplin anak. Kalau anak
salah, perlu ditegor dan di koreksi. Tetapi saat anak menunjukkan keras kepala
nya, tundukkan dengan kasih, lunakkan suaramu, tahan emosi.
Tuhan mencegah Petrus untuk tidak melakukan kekerasan, "Orang
yang menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang
tidak baik." (Amsal 16:29). Tuhan Yesus anti kekerasan, tetapi bukan
berarti DIA takut atau lemah, Dia adalah Tuhan yang sangat tegas tanpa
kompromi. Kalau Yesus mau, maka Dia bisa memanggil Pasukan Malaikat untuk
membinasakan orang yang akan
menangkapNya.
Mat 26:52 Maka kata Yesus kepadanya: "Masukkan pedang
itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan
binasa oleh pedang.
26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Apa yang disampaikan ini Yesus melarang murid-muridnya
melakukan kekerasan, perang dan pedang dalam keadaan apapun. Tuhan Yesus
melarang keras murid-murid melegitimasi kekerasan. Hal inilah yang membedakan
ajaran Yesus dengan tokoh-tokoh dunia lainnya.
Dunia ini mengagungkan tokoh heroik yang mengidolakan aktor
yang mengalahkan musuh sebanyak-banyaknya dengan perkasa di medan perang. Namun
Yesus memberikan jalan baru : menaklukkan dunia bukan oleh pedang dan perang.
Yesus menyampaikan jalan damai. Menghentikan segala kegeraman, kekesalan dan
amarah dalam keadaan diperlakukan tidak adil dengan jalan damai dan kasih.
Ada istilah, kalau macam-macam, hmm… golok ini yang akan
berbicara. Tetapi ajaran Yesus bertolak belakang, Sarungkan pedangmu merupakan
perintah bagi kita menempuh setiap persoalan yang kita hadapi melalui jalan
damai dan tanpa kekerasan. Pedang tidak akan menyelesaikan masalah, hanya akan
memperpanjang masalah. Ampuni dan berkati orang yang bersalah kepadamu, doakan
mereka agar bertobat dan menginsafi kesalahannya dan memperbaiki kelakuannya.
Tuhan Yesus
mengajarkan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan kasih. Meski dunia dipenuhi kejahatan dan kekerasan,
orang percaya dituntut tetap mempraktekkan kasih, karena Tuhan tidak pernah
mengajarkan kita melakukan pembalasan.
Pembalasan adalah hak Tuhan (Roma
12:19).
Have a blessed weekend !
No comments:
Post a Comment