Thursday, January 7, 2021

THE RACE-3

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Ibrani 12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

3. Menanggalkan Beban yang begitu merintangi

A. Beban Pikiran

B. Beban Perasaan

Perasaan atau segala sesuatu yang berurusan dengan perasaan dapat menjadi  beban yang begitu merintangi pertandingan. Sakit hati, kecewa, putus asa, kesedihan, minder, merasa diri paling malang, dendam, iri hati, benci, kepahitan, tidak mengampuni, jengkel dengan pasangan, menyesali nasib, itu semua menjadi beban yang berat.

Ada orang yang suka membawa tas yang besar, dengan alasan bisa membawa barang yang banyak. Tetapi apa benar dia membutuhkan barang sebanyak itu? kenyataannya tidak semua barang yang dia bawa itu, diperlukan hari itu. 


Saya suka membawa ransel, dengan alasan bisa muat barang banyak kalau mau belanja ke pasar. Suatu saat saya membeli sabun, shampoo, dan saya lupa mengeluarkan dari tas saya. Setiap hari kemana-mana saya membawa tas ransel yang isinya shampoo dan sabun cair itu. Sampai suatu saat, saya lagi bongkar-bongkar tas, baru saya sadar ada barang yang tidak perlu saya bawa kesana kemari.

Ada orang yang didalam tasnya banyak barang yang tidak diperlukan, ada bungkus permen, tissue bekas,  botol aqua kosong, barang yang tidak diperlukan saat itu, dll, itu semua menambah beban hari itu, untuk apa disimpan didalam tas? Ada begitu banyak beban yang tidak perlu dipikul didalam hidup ini, tetapi tanpa sadar kita membawanya kesana kemari, bahkan bertahun-tahun.

Makin lama beban itu  makin menekan dan menjerat. Membuat kita tak bisa sepenuhnya menikmati sukacita dan kemerdekaan dalam Kristus, serta membuat langkah kita menjadi berat.

Beban bisa berupa apa saja. Bisa datang karena persoalan hidup, bisa juga kita sendiri yang membuatnya, seperti:

– Mengejar prestasi hanya demi mendapat pengakuan orang lain, ini sangat melelahkan

– Terlalu bernafsu ingin cepat kaya

– Perfeksionis yang berlebihan karena tak ingin orang melihat kekurangan kita

– Berusaha keras membeli sesuatu yang sebenarnya jauh diluar kemampuan hanya demi diterima di lingkungan sosial tertentu

– Memanipulasi keadaan kita yang sesungguhnya karena malu atau gengsi

– Ketakutan, kekuatiran, trauma, dendam, kemarahan, kekecewaan, dendam, kepahitan, sakit hati

Apapun itu, segala hal yang menghambat perjalanan kita bersama Kristus adalah beban. Beban membuat kita lelah dan lemah.

Tuhan Yesus mengundang kita melalui firman-Nya:

MARILAH KEPADA-KU, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Matius 11:28)

Bagaimana caranya?

PIKULLAH KUK YANG KUPASANG dan BELAJARLAH PADA-KU, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (Matius 11:29-30)

DATANGLAH PADA YESUS, ijinkan Dia mengambil bebanmu dan menggantinya dengan kuk yang dari Tuhan. Apa itu? Kesediaan untuk hidup SEIRING dan SEIRAMA dengan Tuhan dengan cara selalu menyelaraskan diri kita dengan firman Tuhan. Selama kita hidup dalam ketaatan terhadap firman Tuhan dan mengerjakan panggilan-Nya, berarti selama itu pula kita memikul kuk dari Tuhan.

Tuhan Yesus berjanji bahwa kuk yang dipasang-Nya enak dan ringan. Itu benar! Sebab sesungguhnya kita tidak memikul kuk itu sendirian. Tuhan Yesus memikulnya bersama dengan kita.

Tetapi seringan apapun, memikul kuk dari Tuhan bukan hal yang secara otomatis mengubah kita dalam sekejap mata menjadi orang yang kebal terhadap tekanan kehidupan. Kita masih bisa kuatir, kecewa, takut, sombong, serakah, dan berbagai emosi negatif lainnya. Itulah sebabnya Tuhan Yesus bukan hanya berkata “Pikullah kuk yang Kupasang”, tapi juga berkata: “Belajarlah pada-Ku”.

Kita harus belajar dari Tuhan Yesus. Tapi tidak ada belajar yang instan. Setiap pembelajaran selalu butuh proses, dan setiap proses selalu memerlukan waktu. Belajar selalu melibatkan dua pihak, guru dan murid. Kita sebagai murid harus membuka diri untuk diajar oleh Yesus sebagai Guru kita. Semua itu akan berhasil jika kita memiliki ketaatan dan kerelaan untuk tidak menyerah dalam setiap pembentukan dari Allah.

Have a blessed day !

No comments:

Post a Comment