Monday, March 7, 2022

Tersungkur di Hadapan Tahta Allah

WAHYU 4:8-10

8 Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang. 9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, 10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu,

Seseorang pernah bercerita, dia berkunjung ke daerah Raja Ampat, Papua dan takjub dengan pemandangan yang sangat indah. Sepanjang jalan di tempat itu, tidak henti-hentinya  berdecak-decak kagum akan keindahan alam tersebut serta memuji kebesaran sang Pencipta.

RAJA AMPAT -  SORONG, PAPUA

Para mahluk surgawi ini berada di dalam hadirat Allah yang ribuan kali jauhh lebih indah dari Raja Ampat. Kekaguman, takjub, memenuhi perasaan mereka. Itu sebabnya mereka menyembah Tuhan tiada hentinya. Sulit diungkapkan dengan kata-kata, selain kalimat : kudus, kudus, kuduslah Tuhan…

Setiap kali Yohanes melihat keempat makhluk itu memuji Allah yang hidup dan kekal, kedua puluh empat tua-tua bergabung dalam pujian itu dengan segenap hati mereka. Mereka menunjukkan pujian mereka dengan gerakan tubuh mereka. Mereka tidak tetap duduk ketika menaikkan doa tetapi mereka bersujud. Mereka tersungkur dan menyembah Dia yang hidup dari kekal sampai kekal.

Pujian dan penyembahan adalah hal yang istimewa yang dapat kita lakukan selama kita hidup di dunia dan akan dilanjutkan sampai kepada kekekalan. Adanya Covid 19 ini seolah-olah membungkam anak-anak Tuhan untuk memuji dan menyembah dengan bebas di gereja, apalagi gereja ditutup, serta dibatasi. Tetapi itu juga membuka kesempatan baru, di tempat-tempat kediaman anak-anak Tuhan, ada terdengar pujian dan penyembahan, meski dilakukan dengan senyap.

Para tua-tua di depan tahta itu menekankan penyembahan mereka dengan melemparkan mahkota emas mereka ke depan kaki Dia yang duduk di atas tahta dan dengan itu mengakui bahwa segala keberhasilan, kesetiaan, iman, kasih, pengharapan, kemartiran dan penyerahan diri mereka bukanlah berasal dari diri mereka sendiri, tetapi semata-mata kasih karunia dari Yang Mahatinggi. Mereka mengosongkan diri dari segala kehormatan mereka sendiri dn tidak memperhitungkan semua hak mereka sebagai sesuatu yang harus dikejar. Mereka tidak menuntut apapun dari kemuliaan, kemampuan dan buah-buah pribadi mereka sendiri dan bahkan menyerahkan semua itu kepada Tritunggal yang Kudus.

Saat kita berada di hadapan Tahta Tuhan, tidak ada satupun kebanggaan, prestasi, kekayaan yang patut ditonjolkan. Para tua-tua melemparkan mahkota emas mereka, segala kebanggan, prestasi, kuasa, kedudukan mereka, diletakan di bawah tahta Allah. ini mendapatkan pengertian bahwa setiap orang tidak ada bedanya di hadapan Allah. Kaya, miskin, berpangkat, atau tidak berpangkat, Sultan atau hamba, semuanya sama di hadapan Tuhan.

Have a blessed day !

4 comments: