Pelajaran wahyu 018
Wahyu 2:12 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di
Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua:
2:13 Aku tahu di
mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang
kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada
zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di
mana Iblis diam.
Pergamus merupakan kota yang dapat saudara lihat di Turki
dalam kondisi reruntuhan. Tetapi pada zaman Yohanes menuliskan surat ini,
Pergamus adalah kota yang sangat penting dalam permerintahan Roma.
Pergamus menjadi pusat politik kerajaan Roma saat itu, dan
dari situ memperngaruhi kota-kota lainnya. Pergamus juga dikenal sebagai kota
seni. Mereka memiliki theater yang dapat menampung 10ribu orang dengan akustik
suara yang sangat baik, sehingga dapat terdengar meskipun hanya dengan berkata
perlahan.
Ada satu ciri khusus dari gereja atau jemaat di Pergamus
(Why. 2:12-17) yang menonjol: gereja itu berdiam di kota di mana Iblis menempatkan
takhtanya. Bahkan diulangi sampai dua kali. “Aku tahu [pekerjaanmu dan] di mana
engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis (Satan)”. “Antipas … yang
dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis (Satan) diam.”
Jadi, apa yang dikatakan oleh Wahyu 2:13 mengenai kehadiran
Iblis di Pergamus? Pertama, Iblis berdiam di sana. Sebagai roh, Iblis tidak
membutuhkan sebuah rumah atau dapur atau tempat tidur dan sebagainya. Tetapi ia
dikatakan berdiam di Pergamus dalam arti bahwa ketika ia tidak sedang
berkeliling (Ayb. 1:7; 2:2; 1Ptr. 5:8), ia hidup dan menetap di sana. Ia hadir
di sana secara pribadi lebih daripada di tempat lain mana pun. Sungguh tempat
yang luar biasa serta menakutkan.
Kedua, Iblis bukan hanya berdiam di sana, tetapi ia bahkan
memiliki takhtanya di sana. Secara harfiah, “Satan seat” di dalam KJV adalah
“takhta Iblis,” yang menyatakan pemerintahan dan kekuasaannya. Di Pergamus,
Iblis memiliki pengaruh dan kuasa yang lebih besar dibandingkan di tempat-tempat
lain. Iblis adalah “ilah zaman ini” (2Kor. 4:4, KJV = “ilah dunia ini”) dalam
arti sebagian besar warga dunia ini hidup dan mati di dalam ketidakpercayaan,
dan dengan demikian melayani dan mengikuti Iblis. Tetapi, Iblis bahkan lebih
berkuasa lagi di Pergamus, seperti raja yang memerintah dari takhtanya yang
tidak kelihatan.
Hal ini dinyatakan bukan oleh Yohanes, melainkan ini adalah
perkataan dari Yesus Kristus (ay. 12) dan Roh Kudus (ay. 17).
Ketiga, Iblis yang berdiam dan bertakhta di Pergamus dua
kali disebut sebagai “Satan” (atau musuh/penentang) di dalam Wahyu 2:13 (KJV).
Maksudnya adalah ini: Roh jahat yang merupakan kepala dari semua roh jahat
memiliki kehadiran dan kuasa yang lebih nyata di Pergamus, untuk menentang atau
melawan kerajaan dan maksud Yesus Kristus di sana dengan lebih keras
dibandingkan di keenam jemaat lain di dalam Wahyu 2-3.
Jadi, ada apa di Pergamus yang mengindikasikan bahwa Iblis
berdiam dan bertakhta di sana, atau bahwa ia menyatakan kehadiran dan kuasanya
secara lebih nyata di sana?
Pergamus melayani banyak berhala, seperti Zeus, Dionysius,
Atena, dan lain-lainnya. Kota itu memiliki banyak kuil dan altar. Tetapi semua
ini tidak menjadikan Pergamus sebagai takhta Iblis, karena semua kota kafir di
kerajaan Romawi pada saat itu menyembah berbagai berhala, termasuk kota-kota
lain yang disebutkan di dalam Wahyu 2-3.
Yang menjadikan Pergamus khusus dalam hal ini adalah
penyembahannya yang begitu menonjol kepada Aesculapius atau Asclepius sebagai
juru selamat, penyembuh, dan pemelihara. Asclepius adalah dewa penyembuhan dan
kesehatan. Ia memiliki kuil yang mengesankan, yang reruntuhannya bisa
dikunjungi di Pergamus pada saat ini. Orang-orang biasanya tidur di dalam kuil
itu dengan gagasan bahwa Asclepius akan memberi mereka mimpi yang kemudian akan
ditafsirkan oleh para imam dewa itu untuk memberitahukan bagaimana mereka bisa
disembuhkan. Mata air di samping kuil dikatakan memiliki khasiat untuk
menyembuhkan. Para penyembah dewa ini akan memberikan korban atau meninggalkan
persembahan di sana untuk penyembuhan. Bagian-bagian tubuh yang dibuat dari tanah
liat untuk mewakili bagian-bagian yang terluka telah ditemukan di dekat kuil
Asclepius di Pergamus. Tidak heran jika Pergamus disebut Lourdes dunia kuno.
Ada satu binatang yang secara khusus diasosiasikan dengan
Asclepius: ular. Simbol dari Asclepius adalah tongkat yang dililit ular (yang
masih digunakan dalam dunia medis saat ini). Pada saat pentahbisan kuil untuk
Asclepius, ular-ular akan digiring memasuki bangunan itu. Dan pastinya upacara
seperti itu juga terjadi di Pergamus. Untuk menghormati Asclepius, jenis ular
tertentu yang tidak berbisa sering digunakan untuk ritual-ritual penyembuhan.
Ular-ular ini disebut “ular Asclepian.” Mereka melata dengan bebas di lantai
asrama di mana orang yang sakit dan terluka menginap.
Apa analisis Kristen atas semua hal ini? Ini adalah
penyembahan kepada Iblis melalui dewa palsu, Asclepius, yang disimbolkan dengan
ular. Di dalam Wahyu 12:9, “naga besar itu” atau “Iblis” atau “Satan, yang
menyesatkan seluruh dunia” juga disebut “si ular tua.” Ini adalah sebuah rujukan
kepada digunakannya ular oleh Iblis di dalam Kejadian 3 untuk mencobai Hawa
agar memakan buah dari pohon terlarang. Sementara kematian dan penyakit terjadi
melalui digunakannya ular oleh Iblis, para penyembah Asclepius justru meyakini
bahwa pemulihan dan pemeliharaan disebabkan oleh ular. Betapa sesatnya! Betapa
demonik, betapa Satanik!
Faktor kedua adalah bahwa Pergamus adalah pusat penyembahan
kepada Kaisar. Kota itu memiliki tiga kuil untuk memuja penguasa Romawi,
termasuk satu kuil yang sangat besar untuk Kaisar Augustus yang dibangun pada
tahun 29 SM atau 27 SM, yang menjadikan Pergamus sebagai kota pertama di Asia
(tenggara Turki) yang mendirikan bangunan untuk itu. Pergamus memberikan
gelar-gelar ilahi kepada Augustus bahkan sebelum Senat Roma memutuskan untuk
melakukannya.
Mari kita gabungkan dua ciri yang paling menonjol dari
penyembahan berhala di Pergamus ini.
Pergamus adalah tempat yang khusus di mana Iblis berdiam dan
berkuasa karena ia disembah secara lebih langsung di sana (Asclepius) dan
penguasa yang antikristen (Kaisar) disembah secara khusus di sana. Di Pergamus
lebih banyak ciri dari karya Iblis daripada di tempat-tempat lain di Asia.
Setelah membahas kefasikan Pergamus Apakah, dan apa
seharusnya, respons kita? Haruskah orang-orang Kristen meninggalkan kota-kota
itu? Apakah perkataan Kristus kepada jemaat di Pergamus, di mana Iblis
bertakhta (Why. 2:13)? Kristus bukan berkata, “Pindah! Tinggalkan tempat itu!”
Sebaliknya, Tuhan Yesus memanggil jemaat itu kepada kesetiaan kepada Firman
Allah sebagai saksi yang baik di sana (ay. 12-17)!
Artinya sekalipun jemaat Pergamus tinggal di daerah
kekuasanan tahta iblis, orang Kristen tetap terlindungi oleh Tuhan. Dimanapun
saudara tinggal saat ini, di kota yang paling bejad sekalipun, Tuhan dapat
melindungi saudara. Iblis tidak berdaya apa-apa, selama kita tetap berada dekat
Tuhan. nempel terus sama sama Tuhan Yesus, sama seperti ranting yang melekat
pada pokok anggur.
Have a blessed day !