Tuesday, March 30, 2021

JIWA YANG HAUS

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"

Yoh 19:29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

Diayat sebelumnya Yesus berteriak : Aku Haus.. ya secara fisik Yesus memang haus, karena hukuman di atas kayu salib, membuat orang kekurangan zat cair, mengalami dehidrasi yang amat sangat, kerongkongan menjadi sangat kering. Tetapi ada kehausan lain yang lebih Yesus rasakan, kehausan akan Allah. Sejak Yesus minum dari cawan murka Allah di taman getsemani, seluruh dosa umat manusia ditimpakan didalam diriNya, sehingga Dia terputus dengan Allah yang hidup. Jiwanya haus akan Allah. Teriakan : Eli Eli Lama Sabakhtani…, Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku ? adalah teriakan dari jiwanya yang merindukan Allah. Bagi Yesus Rasa kehausan akan Allah itu melebihih dari rasa haus secara fisik.

Kalau kita haus, kita dapat segera ke dapur, mengambil air dan minum. Tetapi kadang karena terlalu sibuk bekerja, kita bisa saja tidak merasa haus, padahal tubuh kita membutuhkan cairan, kita tidak menyadarinya. Itu sebabnya banyak orang mengalami ginjal yang bermasalah, hanya karena kurang minum. Kita harus menyadari, bahwa tubuh kita membutuhkan cairan, kita harus minum tanpa perlu menunggu kerongkongan kering.


Banyak orang tidak menyadari akan kondisi jiwanya, saking sibuknya dengan pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan, mereka tidak sadar sesuatu terjadi dengan jiwanya, mereka merasa jiwanya aman-aman saja, padahal jiwanya sedang kering kerontang, rohaninya sedang mengalami kekeringan, Pemazmur, Daud menyadari ada kehausan dalam jiwanya saat dia berada jauh dari Allah. saat saudara berjauhan dengan Allah, adakah saudara menyadari jiwamu yang haus…?

Mazmur 42-3 mengatakan,  Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

Daud tahu bahwa kekeringan jiwanya hanya bisa diatasi kalau dia datang kepada Allah. perempuan Samaria berusaha mengisi kekeringan dalam jiwanya dengan mencari pasangan hidupnya. Dia berpikir pasangan hidupnya ini dapat mengisi kekosongan jiwanya, kehausan yang dia rasakan. Tetapi pikirannya keliru, kehausan dalam jiwanya tidak bisa diatasi dengan menikah pria idamannya. Yang ada semakin haus, dan semakin haus.

Yoh7:37  Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! 7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."

Kunci untuk mengatasi kehausan dalam jiwa, datanglah pada Yesus dan terimalah tawaranNya.

Have a blessed day !

 

Saturday, March 27, 2021

AKU HAUS

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"

Bagaimana mungkin Yesus yang menawarkan air hidup kepada perempuan Samaria, menjadi haus? Bukankah Dia  berkata kepada wanita itu, jikalau engkau minum air dari sumur ini, akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Yoh 4:13-14. Tetapi kok Yesus bisa haus?

Kalimat yang mengatakan AKU HAUS, itu menunjukkan sisi kemanusiaan Yesus. sewaktu Yesus mati diatas kayu salib, DIA mati dalam keadaan manusia biasa sama seperti kita.

Itu sebabnya Yesus merasakan kehausan yang amat sangat. Bayangkan saja, dari malam penangkapan di taman getsemani, dilanjutkan dengan rangkaian pengadilan yang melelahkan. Secara fisik, Yesus kurang tidur, makan seadanya, bahkan mungkin tidak diberi makan, kemudian disiksa, dicambuk, dipukuli, dipermalukan, dipaksa untuk memikul salib, setelah sampai di bukit Golgota, disalibkan dan tergantung selama 6 jam disana. Jelas saja, Yesus sedang mengalami dehidrasi, tubuhnya membutuhkan cairan, terlalu banyak darah, keringat yang mengalir keluar, kerongkongan terasa kering dan haus.

Lantas apa perlunya Yohanes menuliskan kisah ini? Bukankah ini menunjukkan kelemahan Yesus yang sebaiknya tidak perlu dituliskan?

Kemanusiaan Kristus merupakan syarat utama dan keharusan mutlak (the absolute necessity) bagi Kristus untuk menjadi penebus manusia. Dosa manusia hanya bisa diambil alih dan digantikan oleh manusia. Untuk itu, seturut Yohanes 1:1-14, Yesus (Firman) itu adalah Allah, yang menjadi manusia (inkarnasi), menjadi daging. “Menjadi daging” (in-carnal = di dalam daging) adalah pernyataan khusus Yohanes utk memberikan penjelasan tegas bahwa Yesus bukan sekadar Allah yang berjubah manusia (bersifat manusia fiktif), tetapi betul-betul “masuk ke dalam daging.

Paulus menegaskan di Roma, bahwa Allah (Bapa) yang menetapkan Kristus menjadi manusia untuk menjadi jalan pendamaian bagi manusia agar bisa berdamai kembali dengan Bapa, dan untuk itu, Yesus menjadi “yang sulung” dari banyak saudara karena manusia dicipta menurut “rupa”-Nya (Rm. 8:29-30).

Secara theologis, Yesus harus mengalami kematian yang sejati agar Dia dapat membayar hutang dosa manusia yaitu “upah dosa adalah maut” (Rm. 6:23). Jika Kristus bukan manusia sejati, maka Ia juga tidak bisa mati sejati. Apalagi kalau Kristus hanya mengenakan kemanusiaan sebagai “kedok” belaka, maka kematian-Nya pun adalah kematian palsu. Dengan demikian penebusan Kristus tidak sah secara tuntutan keadilan Allah. Kristus harus membayar murka Allah dan tuntutan keadilan Allah. Maka, dengan demikian, seperti yang dinyatakan Alkitab, Yesus harus 100% manusia sehingga Ia sah menggantikan manusia yang berdosa.

Teriakan AKU HAUS bukanlah drama, tetapi memang YESUS sebagai manusia biasa merasakan kehausan yang amat sangat. YESUS adalah ALLAH yang menjelma menjadi manusia sejati, DIA mengosongkan diriNya untuk menjadi manusia seperti kita, hanya DIA tidak berdosa.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Filipi 2:5-11

Lantas apa pentingnya bagi kita perkataan AKU HAUS itu?

Karena Yesus pernah menjadi manusia biasa seperti kita, maka YESUS dapat turut merasakan segala penderitaan, kesulitan, kegalauan yang saudara alami. Sehingga saat saudara curhat kepada Yesus, HE understand your feeling, Dia dapat memahami, mengerti, merasakan apa yang saudara rasakan. Dia pernah dikhianati, Dia tahu bagaimana perasaaan orang yang dikhianati. DIA pernah dihina, dicaci maki, DIA tahu bagaimana perasaan orang yang mengalami hinaan dan caci maki. DIA pernah disiksa dan mengalami rasa sakit yang tidak menyenangkan, ditusuk paku, dicambuk, sehingga DIA tahu bagaimana perasaan orang yang sakit, orang yang dirawat di rumah sakit, disuntik, diinfus. Karena YESUS pernah menjelma menjadi manusia biasa, dan merasakan segala yang dialami manusia, datanglah kepadaNya dan terimalah anugrahNya.

Have a blessed day !

Thursday, March 25, 2021

inilah ibumu

Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

 Yesus tidak ingin meninggalkan Maria, ibunya berada dalam kesedihan, atau kemalangan. Dia berkata kepada muridNya, Yohanes: inilah ibumu…! Dengan kata lain, Yesus menitipkan Maria kepada muridNya agar dijaga dan terpelihara.

Yesus melakukan apa yang diperintahkan alkitab, hormatilah ibu bapakmu. Yesus memikirkan apa yang akan terjadi dengan Maria setelah DIA tidak ada di dunia, sehingga Yesus menitipkan kepada Yohanes. Dan Yohanes menerima Maria didalam rumahnya.

Sebelum Yesus berkata kepada muridNya, Yesus berkata terlebih dahulu kepada Maria, ibuNya.” Inilah anakmu..” sambil mengunjuk Yohanes.

Disini kita melihat Yesus berkomunikasi dengan sangat clear. Dia berkata kepada Maria, dan Dia juga berkata kepada Yohanes, sehingga keduanya menerima berita yang sama tanpa perlu bingung. 

Sama seperti Kornelius saat menerima berita injil, Tuhan memerintahkan dia untuk mengundang Petrus, sebaliknya Tuhan berbicara pula kepada Petrus bahwa dia akan diundang oleh Kornelius, sehingga keduanya tidak menjadi bingung.

Allah kita bukan Allah yang membingungkan, tetapi Allah yang memiliki perencanaan yang jelas  untuk kehidupan anak-anakNya.

Have a blessed day !

Tuesday, March 23, 2021

Ibu, inilah Anakmu

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"

Ketika Yesus mengalami penderitaan berat pada saat menjelang kematian-Nya, Maria, ibu-Nya ada didekatNya. Sebagian besar murid laki-laki telah melarikan diri, kecuali seseorang yang disebut Injil keempat sebagai "murid yang Ia cintai” yakni, Yohanes. Disini kita memahami dengan jelas bahwa Yesus menyatakan hubungan antara murid dan ibu-Nya, di mana murid itu akan menjaga dan memelihara Maria sepanjang hidupnya. Yesus ingin memastikan bahwa Maria, ibu-Nya akan berada di tangan yang tepat setelah kematian-Nya.


Di sisi lain, kehadiran Maria di kaki salib, di tempat kejadian yang memilukan itu menegaskan sisi kemanusiaan Yesus kepada kita. Kehadiran Maria di kaki salib mengingatkan kita bahwa Yesus adalah seorang manusia yang nyata, seorang pria yang pernah menjadi bayi di dalam rahim ibu-Nya. Bahkan saat Ia sedang sekarat di kayu salib sebagai Juruselamat dunia, Yesus juga adalah seorang putra yang membutuhkan dukungan dari ibu-Nya.

Bila kita merenungkan penyaliban Yesus dan terlibat dalam rasa yang dialami Maria, tentu kita hanya bisa terdiam dan membisu sambil membayangkan jika hal itu terjadi pada kita. Bayangkan jika kita terbaring lemah di tempat tidur dan berjuang antara hidup dan mati, dan ibu kita berada di sana, di samping kita, memegang tangan kita dengan lembut. Sungguh memilukan, bukan? Penderitaan, sakit, penyakit dan atau kematian seorang anak adalah hal yang paling menyakitkan dari semua pengalaman orangtua, seorang ibu dan seorang ayah. Menyaksikan seorang anak yang dikasihi mengalami penyiksaan keji penyaliban tentu jauh lebih mengerikan dan menyedihkan. Ibu mana yang bisa bertahan menyaksikan semua ini? Ayah mana yang bisa berdiri kokoh dalam keadaan seperti ini? 

Di sini kita diingatkan akan apa yang pernah dinubuatkan Simeon tak lama setelah kelahiran Yesus, ketika ia berkata kepada Maria: "Dan sebuah pedang akan menembus jiwamu" (Lukas 2:35). Inilah pedang yang menembus jiwa Maria: pedang penderitaan, pedang penyaliban, pedang kematian putera-Nya.

Seorang ibu yang menyaksikan anaknya berada dalam penderitaan hidup dan mati, rasanya ibu itu akan berteriak, kalau bisa dia yang gantikan, itulah kasih sayang seorang ibu. Betapa susah dan pilunya hati Maria saat menyaksikan Putranya menderita diatas kayu salib.

Tetapi kejadian di sekitar penyaliban itu, kita mendengar suara Yesus yang berkata kepada ibunya mengenai muridnya, Yohanes : ibu, inilah anakmu.

Ketika kita menderita, kita sering menjadi begitu terpusat pada penderitaan kita dan kita lupa akan segala sesuatu yang lain atau orang lain. Kita mengharapkan bahwa orang lain akan mengerti keadaan kita. Sedikit sakit gigi atau sakit kepala sudah cukup menjadi alasan bagi kita untuk marah atau mengurung diri.

Yesus menginspirasi kita dengan tindakan-Nya yang di tengah penderitaan masih memikirkan dan mengusahakan segala sesuatu untuk hari esok ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, Yohanes dan kita. Maria dan Yohanes bersama dengan beberapa orang lain berada di sana pada kaki salib untuk memberi kekuatan kepada Yesus; namun yang terjadi justeru sebaliknya, Yesus menghibur dan memberi mereka kekuatan. Meskipun berat penderitaan-Nya, pernapasan-Nya semakin sulit, sakit dan kepedihan dalam jiwa-Nya semakin berat, Ia tetap membuka hati akan penderitaan orang-orang yang Ia cintai.  Ia memikirkan keselamatan Maria, ibu-Nya.

Yesus ingin agar Maria, ibuNya tidak terlalu bersusah hati, Yohanes yang akan menggantikan peranNya sebagai anak yang akan memelihara Maria.

Yesus begitu memperhatikan kebutuhan setiap dari kita. bahkan ditengah penderitaanNya, Dia menyediakan waktuNya untuk memperhatikan ibuNya, Yohanes muridNya. Dia peduli.

Haleluya…!

Saturday, March 20, 2021

Wanita pengikut Kristus

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

Setidaknya Yohanes menyebutkan ada lima wanita yang setia mengiringi Yesus sampai di kayu salib. Tidak disebutkan para kaum pria, kecuali Yohanes yang ada disitu. Kiprah para perempuan ini boleh dibilang begitu luar biasa. Mereka bukanlah sebagai pelengkap semata, tetapi  peran mereka sangatlah penting dalam tiga tahun Yesus berkarya bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Totalitas mereka tidak perlu diragukan.


Apa yang membuat kehadiran perempuan-perempuan ini terasa  begitu istimewa? Mengapa begitu juga terlihat begitu penting dalam pelayanan Yesus, sehingga Alkitab sampai menyebutkannya berkali-kali?

Sungguhpun pada zaman itu, secara budaya wanita tidak mendapatkan tempat terutama di masyarakat, tetapi Allah tidak memandang wanita itu berada dalam posisi tidak penting.

Saat tidak ada kaum pria yang menemani Yesus menjelang kematian di atas kayu salib, para wanita inilah yang berperan,  mereka berani menanggung resiko untuk berada dekat Yesus. sungguh luarbiasa iman mereka.

Ada beberapa hal yang yang bisa kita simak dari kiprah para perempuan ini.

Pertama, para perempuan ini selain memiliki iman yang luar biasa, mereka juga memiliki penyerahan diri yang dalam kepada Yesus, melebihi rasul-rasul-Nya. Semuanya itu karena mereka sudah melihat bukti nyata bahwa Allah telah terlibat dan berkarya dalam kehidupan mereka. “Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit,”(Lukas 8:1-2). Catatan Lukas ini hendak menunjukkan, Allah telah menyembuhkan para perempuan ini dengan kuasa-Nya yang ajaib, sehingga mereka percaya dan mengimani janji keselamatan yang diberikan oleh Allah lewat Yesus Kristus.

Kedua, para perempuan ini menopang pelayanan Yesus dan murid-murid-Nya, dengan menyediakan semua kebutuhan mereka. “Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”(Lukas 8:3b). Bukan hanya tenaga yang mereka berikan, namun juga harta mereka. Para perempuan ini berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk Yesus. Mereka tidak ingin Yesus dan murid-murid-Nya kekurangan suatu apapun. Kehadiran para perempuan ini sebagai penolong menunjukkan bagaimana Allah turut bekerja dalam karya keselamatan yang sedang dikerjakan Yesus. Allah tidak hanya menyediakan ‘asisten-asisten’ yang setia, tetapi Allah juga menyediakan penopang-penopang  dalam melayani Yesus. para wanita ini menjadi penopang dalam pelayanan. Sampai hari ini peran wanita didalam gereja, sangatlah penting, mereka dapat menopang pelayanan. Apa yang tidak bisa dilakukan kaum pria, wanita dapat mengisinya.

Ketiga, para perempuan ini adalah orang-orang yang setia pada Kristus. Ketika Yesus ditangkap dan melalui peristiwa jalan salib,  perempuan-perempuan ini tetap berusaha untuk terus berada di dekat Yesus, sementara rasul-rasul-Nya melarikan diri entah kemana. Dengan setia mereka mendampingi Yesus, merawat-Nya pula ketika Ia wafat dan dikuburkan. Mereka memang bersedih saat Yesus dinyatakan wafat. Tetapi mereka tetap mengimani dan percaya bahwa Yesus akan bangkit. Oleh karena iman mereka itulah, para perempuan ini beroleh anugerah sebagai orang-orang yang pertama kali mengetahui dan mengabarkan kebangkitan Yesus kepada rasul-rasul-Nya (Markus 16:1-8).

Saat seorang wanita mengalami jamahan Tuhan, dedikasi, totalitas mereka tidak perlu diragukan lagi.

bave a blessed weekend !

Thursday, March 18, 2021

JUBAH YESUS

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blesse

Yoh 19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian--dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.

19:24     Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.

Kejadian membagi jubah ini ternyata sudah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya didalam kitab Mazmur 22:19 : “Mereka membagi-bagikan pakaianku di antara mereka, dan juga mereka membuang undi di atas jubahku”


Kematian Yesus diatas kayu salib adalah sudah menjadi bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Setidaknya ada sekitar 40 ayat lebih tentang Tuhan Yesus di Perjanjian Lama. Ini menunjukkan bahwa kehadiran Yesus di dunia ini bukan secara kebetulan, tetapi benar-benar sudah ada didalam agendaNya Allah. KasihNya Allah terhadap manusia tidak perlu diragukan lagi, tinggal bagaimana kita meresponinya. Apakah kita menerima atau menolakNya?

Ketika Yesus datang ke dunia ini, apa yang kita bayangkan? Seseorang yang sangat sederhana, memakai pakaian kotor, hidup seperti pendekar Kaipang yang compang-camping? Ternyata Yesus tidaklah seperti itu.

Sebelum Yesus disalib, para prajurit membuang undi atas pakaian yang Yesus kenakan. Pakaian yang Yesus kenakan ternyata pakaian yang tidak berjahit, tidak bersambung-sambung. Pakaian seperti itu adalah pakaian yang mahal maka para prajurit tidak membaginya melainkan membuang undi untuk pakaian yang utuh. Mereka ingin memiliki jubah tanpa potongan itu, Mereka sangat tertarik akan apa yang Yesus miliki.

Mereka menyadari betapa mahalnya jubah yang dipakai Yesus, akan tetapi mereka tidak menyadari seberapa mahal darah Yesus yang telah tercurah. Mereka hanya mengingini jubah Yesus tapi bukan pribadi dari Yesus itu sendiri. Perhatian mereka tertuju pada jubah yang Yesus pakai.

Sungguh ironis, tapi bukankah terkadang kita seperti itu? Kita seringkali hanya menginginkan berkat-Nya tapi menolak pribadi-Nya. Menginginkan jubahNya tanpa memperdulikan pribadi Yesus. Menginginkan apa yang Yesus miliki tanpa peduli atas keberadaanNya. Menginginkan berkat tetapi mengabaikan sang pemberi berkat.

Lebih banyak waktu yang terpakai untuk menikmati berkat Tuhan, ketibang sediakan waktu dengan sang Pemberi berkat. Sibuk sana sini dengan segala macam urusan, seperti Martha yang sibuk di dapur, sementara Yesus dibiarkannya duduk menanti. Sibuk dengan pekerjaan , karir, bisnis, segala macam urusan, seperti murid-murid yang sibuk mengurusi perahu yang sedang dihantam gelombang, badai, sehingga melupakan Yesus dan membiarkan Dia tertidur di perahu, karena tidak dilibatkan dalam kegiatan mereka. 

Kerinduan Yesus adalah untuk kita dapat bersekutu intim denganNya. Kita sudah banyak menerima berkat, pertolongan dari Tuhan, marilah sekarang kita focus kepada Dia sang pemberi berkat.

Have a blessed day !

Tuesday, March 16, 2021

TULISAN DIATAS KAYU SALIB

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:19-22 - “(19) Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: ‘Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.’ (20) Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. (21) Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: ‘Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.’ (22) Jawab Pilatus: ‘Apa yang kutulis, tetap tertulis.’”.


Tokoh-tokoh Yahudi itu sebetulnya keberatan dengan bunyi tulisan itu, tetapi pada waktu mereka memprotesnya, Pontius Pilatus dengan berani menolak protes itu dengan tegas.

Inilah Pilatus yang keras, tegas, dan tak dapat diubah, meski diprotes orang banyak, Pilatus tidak peduli, dia menolak untuk mengubah tulisan. Padahal beberapa saat sebelum ini, orang yang sama ini terombang-ambing secara lemah mengenai apakah ia akan menyalibkan Yesus atau membebaskanNya; dan pada akhirnya membiarkan dirinya sendiri digertak dan dipaksa dengan ancaman sehingga menuruti kemauan orang Yahudi, mengikuti kemauan orang bnayak. Ia tak mau menyerah tentang tulisan, tetapi ia lemah tentang penyaliban. Ini merupakan salah satu dari hal-hal yang paradox dalam kehidupan dimana kita bisa keras kepala tentang hal-hal yang tidak penting dan lemah tentang hal-hal yang sangat penting.

Banyak kali kita bisa bertindak tegas, keras terhadap hal yang bersifat sementara atau fana, tetapi tidak tegas terhadap hal yang bersifat kekekalan. Ada orang yang tegas / keras dalam hal-hal yang bersifat jasmani, duniawi, tetapi selalu plin plan atau berkompromi dalam hal-hal yang bersifat rohani.

Ada orang yang bisa mendisiplin tubuhnya untuk skip makan siang, demi menjaga penampilan atau  menurunkan berat badan, tetapi tidak bisa mendisiplin dirinya untuk berdoa atau membaca dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari.

Ada orang yang dapat bertindak tegas terhadap anak, pasangan, bawahan, atau orang lain, tetapi lemah terhadap diri sendiri. 

Ada orang yang dapat menjalankan disiplin dalam pekerjaannya, tidak pernah bolos, tidak pernah terlambat, tetapi tidak disiplin dalam ibadah, sering  bolos ibadah, terlambat datang ke gereja, mengabaikan ibadah. 

Ada orang yang serius, sungguh-sungguh menekuni studynya, karirnya tetapi kurang menekuni hal yang bersifat kekekalan.

Biarlah renungan hari ini mengingatkan kita untuk kita dapat bertindak tegas terhadap hal yang penting, terutama berkenaan dengan hidup yang kekal.

Have a blessed day !

Thursday, March 11, 2021

Diantara penjahat

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Dari ayat ini, kita mendapat informasi bahwa ada tiga salib di bukit golgota, Yesus ditengah-tengah, Dia diapit dengan dua penjahat disebelah kiri dan kanan.

Jauh sebelum kejadian ini terjadi, sekitar 500 tahun sebelumnya, nabi Yesaya secara akurat telah menubuatkan hal ini,

Yes 53:9 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya.

Kematian Yesus diatas kayu salib menggenapi sekian banyak nubuatan dari Perjanjian Lama, sehingga kita tahu, bahwa rencana penebusan ini sudah dirancangkan sekian lama oleh Allah.

Yesus mati diantara penjahat. Selama hidup Yesus tidak pernah melakukan kejahatan, tetapi dia ditaruh diantara penjahat. Selama hidup Yesus hanya mengajarkan kebaikan, melakukan perbuatan baik, menyembuhkan orang sakit, memberikan penghiburan, tetapi ironisnya, kematiannya ditaruh diantara penjahat kelas kakap. Seolah-olah Dia melakukan kejahatan. Yesaya mengatakan, dia tidak berbuat kekerasan, dan tidak ada tipu daya didalam mulutNya. Hukuman Salib tidak layak untuk Yesus yang tidak melakukan kejahatan. Tetapi Dia disalibkan karena hanya itulah jalan keselamatan bagi manusia. Dia disalibkan diantara penjahat, agar orang yang hidup didalam kejahatan mendapatkan pengharapan. 


Allah tahu manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, itulah sebabNya Dia turun menjelma menjadi manusia untuk membawa kembali manusia kepadaNya. Allah itu kudus, manusia penuh dengan dosa, keduanya tidak bisa bercampur. Maka perlu ada katalisator yang menghubungkan keduanya. Manusia harus dihapuskan dosanya, barulah dapat datang kepada Allah. Yesus mati diatas kayu salib untuk menyucikan manusia sehingga jalan terbuka untuk datang kepada Allah.

Jalan telah terbuka, jalan telah tersedia, jangan mencari jalan lain lagi, sebab hanya jalan itu saja yang Allah berikan untuk dapat datang kepadaNya. Banyak jalan menuju Roma, tetapi hanya satu jalan menuju Keselamatan dan hidup kekal. Dialah satu-satunya jalan !

Have a blessed day !

 

Tuesday, March 9, 2021

BUKIT GOLGOTA

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Yesus disalibkan di luar kota, karena menurut hukum perjanjian lama, orang yang akan dihukum mati, tidak diperbolehkan dilakukan didalam kota, tetapi harus di luar kota (Ulangan 17:5). Jadi dari tempat pengadilan di kota Yerusalem, Yesus harus berjalan sambil memikul salib menuju satu bukit, yang bernama bukit Tengkorak atau Golgota  (Yunani) atau Kalvari (latin) !

Mendengar namanya saja, sudah mengerikan, Golgota berbicara tentang maut, kematian, kuburan, orang mati, tempat pembantaian, tempat penyiksaan.

Golgota, tempat yang sunyi, sepi, mencekam, penuh hawa kematian, disanalah Tuhan Kita, Yesus Kristus mati diatas kayu salib.

Tetapi di bukit Golgota itulah kasih Allah dicurahkan, pengampunan diberikan, ada pengharapan bagi manusia. Di bukit Golgota inilah seluruh janji Allah tentang keselamatan dinyatakan.

Di bukit Golgota inilah Anak Domba Allah disembelih bagi korban penebusan dosa manusia.


Golgota bagi kebanyakan orang adalah tempat yang mencekam dan menakutkan, tetapi bagi kita adalah tempat dimana terjadi penebusan umat manusia, sehingga manusia dapat datang kembali kepada Allah. Jalan keselamatan bagi manusia telah terbuka di bukit Golgota !

Have a blessed day !

 

Saturday, March 6, 2021

MENUTUPI AIB

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Penyiksaan Yesus sudah dimulai sebelum Dia disalibkan. Dia dicemooh, dipermalukan, disiksa, diberi mahkota duri, dan sekarang Yesus dipaksa untuk memikul salibNya.

Tentara Roma memaksa orang yang akan disalibkan untuk memikul salib mereka. Sehingga saat mencapai tempat dituju, sebagian tenaga sudah habis, karena kelelahan secara fisik, tidak hanya itu saja, sepanjang jalan menjadi tontonan banyak orang, menyebabkan kelelahan secara mental, jiwa, dan malu.

Penyiksaan melalui salib tidak hanya menyiksa secara fisik tetapi adalah benar-benar siksaan yang menyebabkan mental drop. Saudara  bisa bayangkan kalau seseorang akan disalibkan, mereka akan menjadi tontonan orang ramai, bagaimana kalau diantara tontonan itu ada banyak orang yang mengenalnya? Bagaimana perasaan keluarga yang melihatnya? Kalau ada anaknya atau saudaranya, atau orangtuanya yang melihatnya, bagaimana perasaan mereka menghadapi cemoohan masyarakat dan gunjingan tetangganya? Bagaimana pula perasaan murid-muridNya yang mungkin saja ada diantara orang banyak? Apakah mereka tidak merasa guilty? Kenapa kok aku gak membelanya..? kenapa kok aku diam saja…? Jadi diantara orang banyak itu ada banyak perasaan yang berkecamuk, ada yang malu, ada yang merasa bersalah, ada yang menyesali tindakan mereka.


Sewaktu Yesus memikul salibNya, Dia sedang memikul dosamu, kesalahanmu, serta malu akibat dosa. Dia dipermalukan agar kita tidak malu lagi. Agar kita memiliki keberanian untuk menghampiri tahta Allah dan menerima anugrahNya. Adam dan Hawa begitu jatuh dalam dosa, mereka malu dan menyembunyikan diri dari Allah, tidak berani menghampiri Allah. Kematian Yesus diatas kayu salib menutupi rasa malu, aib akibat dosa, Dialah pakaian kulit binatang yang dibuat oleh Allah, menjadi pakaian untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, untuk menutupi aib, rasa bersalah, serta dosa.

Kita bersalah ketika kita melakukan kejahatan atau dosa, dan untuk itu kita patut dihukum. Kesalahan itu juga mendatangkan perasaan bersalah. Orang Kristen yang paling saleh sekalipun bisa bergumul dengan perasaan tersebut ketika mereka berbuat salah.

Rasa bersalah itu sehat apabila itu mendesak kita untuk mengakui dosa dan membawa kita kepada pertobatan. Namun, jika kita terus-terusan memendam rasa bersalah setelah kita diampuni, kebebasan kita menjadi terhalang. Kebenaran Injil yang indah menyatakan bahwa Kristus menghapus penghukuman atas kita, sehingga kita dapat sepenuhnya terbebas dari beban rasa bersalah. Marilah bersukacita bahwa karena Yesus, kita tidak perlu lagi menyimpan rasa bersalah atau terus menanggung aib. Kita sudah diampuni!

Have a blessed weekend !

 

 

Thursday, March 4, 2021

Mengikut atau menentang Arus?

 Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:16 Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.

Kalimat ini menunjukkan bahwa akhirnya Pilatus menuruti kemauan orang banyak. Dia menyerahkan Yesus untuk disalibkan.

Pilatus yang semula ingin membela Yesus dan membebaskan, terpaksa harus menyerah. Dia menyangkal hati nuraninya, dia menolak kebenaran, dia tidak mengadili dengan adil, tetapi lebih mendengarkan apa kata orang banyak, lebih mendengarkan mayoritas.

Suara mayoritas belum tentu suatu kebenaran, dengan jelas mereka menolak Yesus, menolak utusan Allah, menolak suara kebenaran bahkan ingin membunuhNya. jika suatu saat saudara diperhadapkan satu masalah seperti Pilatus, pilihlah kebenaran ketibang suara mayoritas atau desakan orang banyak.

Kita harus dapat berdiri teguh berlandaskan Firman Allah. ini memang tidak mudah, tetapi dengan pertolongan Roh Kudus kita akan dapat melaluinya.

Saat ini kita hidup dengan dikelilingi mayoritas yang tidak percaya kepada Yesus, ada banyak nilai-nilai yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, ada banyak pergaulan yang terang-terangan bertentangan dengan Firman Tuhan. jangan terperangkap disana sehingga saudara mengikuti arus orang banyak. Sebab pergaulan yang buruk dapat merusakkan kebiasaan yang baik.


Ikan Salmon berani untuk menentang arus yang keras, sepertinya tidak bisa dan tidak sanggup, tetapi mereka memiliki sikap dan tekad yang kuat, sehingga mereka berhasil mencapai tujuan. 

Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tinggal di negri Babel, tetapi mereka menjaga diri mereka sehingga tidak terkontaminasi dengan arus budaya, kebiasaan, dan kepercayaan orang Babel. Allah memelihara mereka bahkan Allah menganugrahkan kepandaian serta hikmat melebihi orang pandai di negri Babel.

Jadilah garam dan terang dimanapun saudara berada. Janganlah garam itu menjadi tawar, hilang keasinannya, sehingga tidak berguna. Biarlah terang yang ada padamu tidak dikalahkan oleh kegelapan, tetapi tetap bersinar terang dan bercahaya ditengah kegelapan.

Have a  blessed day !

 

                                                                                                                                                                                                             

 

Tuesday, March 2, 2021

Kami Pilih Kaisar!!!

Daily Devotion – Called, Chosen, Blessed

Yoh 19:15 Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"

Sebenarnya orang Yahudi tidak menyukai pemerintahan Roma, mereka sudah dijajah sekian lama oleh Pemerintah Roma, dan mereka menantikan sang pembebas.

Kaisar Roma menganggap dirinya adalah anak dewa dan minta disembah sebagai allah. tentu saja itu sangat bertentangan dengan iman orang Yahudi. Tidak akan pernah ada didalam hati mereka untuk bersekutu dengan kaum penjajah ini. Tetapi saat menghadapi kasus yang ditangani Pilatus, kumpulan orang banyak itu malah berkata, kami tidak mempunyai raja selain daripada kaisar ! ini adalah sesuatu yang sangat janggal !!

Mereka menyangkal iman mereka, dan mereka rela untuk mengakui Kaisar sebagai raja mereka !! dengan kata lain mereka menolak Yesus sebagai raja, dan memilih Kaisar Roma untuk menjadi raja atas hidup mereka.

Mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa yang mereka pilih, kalau menjadikan Kaisar itu raja atas hidup mereka, yang ada adalah hal yang mengerikan. Kaisar akan menuntut mereka untuk menyembah sebagai dewa, serta akan menghentikan korban penyembahan kepada Allah. Kaisar Roma akan bertindak bengis terhatap orang jajahannya. Tidak akan bisa mereka lepas darinya. Hasil ladang dirampasnya, pajak dinaikkan, tidak ada kedamaian dan keamanan didalam hidup mereka. Kaisar Roma bukanlah junjungan yang baik.

kumpulan orang banyak itu adalah kita sekalian, banyak kali kita tidak mengerti apa yang kita pilih. seringkali kita tidak mau diatur oleh Tuhan, melakukan kehendak sendiri, menolak tuntunan Tuhan, merasa bahwa pilihan kita ini yang terbaik dan tepat. namun yang kita dapatkan ternyata lebih banyak pahit dan getir akibat menuruti kemauan sendiri. kesusahan dan kesengsaraan yang manusia alami, lebih banyak akibat pilihannya yang salah. Mintalah hikmat Tuhan untuk memberikan tuntunan yang tepat saat mengambil keputusan. 

Hati-hati dengan pilihanmu, kalau saudara tidak menjadikan Yesus sebagai raja atas hidupmu, maka ‘kaisar Roma’ itulah yang akan duduk diatas tahta hatimu  dan memerintah atas hidupmu.

Jadikan Yesus raja didalam hidupmu, atas segala cita-citamu, atas seagala keinginganmu, atas segala apa yang engkau harapkan didalam dunia ini. 

 Have a blessed day !